Beranda Daerah Sragen Mengenang Tragedi Malam Jumat Kliwon yang Nyaris Menenggelamkan Satu Kampung di...

Mengenang Tragedi Malam Jumat Kliwon yang Nyaris Menenggelamkan Satu Kampung di Desa Gading Sragen. Puluhan KK Terpaksa Direlokasi Sampai Trauma Tak Henti

Salah satu warga menunjukkan lokasi bekas tanah ambles yang menenggelamkan dan memaksa puluhan KK di Dukuh Dulas, Gading, Tanon, direlokasi pada tahun 1998. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dua puluh tiga tahun berlalu rupanya tak cukup untuk menghilangkan memori kelam bagi sebagian warga di Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen ini.

Rasa trauma mendalam masih menggelayuti benak sejumlah warga di Dukuh Dulas di desa itu. Maklum, bencana tanah ambles nan mengerikan yang terjadi tahun 1998 sempat meluluhlantakkan kampung itu.

Saat itu, bencana tanah ambles nyaris menenggelamkan satu kampung hingga ambles sampai kedalaman 13 meter.

Seperti diungkapkan Ngadiyo (60) salah satu warga Dukuh Dulas, Desa Gading. Saat ditemui JOGLOSEMARNEWS.COM Rabu (3/11/2021), ia mengisahkan bencana yang mendadak terjadi di malam hari 23 tahun silam itu.

“Iya yang benar-benar ambles jadi korban waktu itu ada 3 rumah. Lalu ada 25 rumah warga lain yang ikut terancam. Kejadiannya pas malam Jumat Kliwon lagi,” kata Ngadiyo.

Meskipun tidak ada korban jiwa, namun bencana itu membuat seisi kampung panik dan berhamburan menyelamatkan diri.

Dari catatannya, tiga rumah itu milik orangtuanya, Sarindi, Sakimin dan miliknya sendiri. Hingga kini ia masih tak habis pikir karena saat kejadian tidak ada gejala atau tanda alam apapun.

“Tidak ada hujan tidak ada angin tiba tiba waktu itu suaranya bruukkk begitu Mas. Lalu tanah dan rumah seperti anjlok ke dalam,” kenangnya.

Baca Juga :  Kampanye Terbuka Paslon 02 Sigit-Suroto di Sragen Libatkan Banyak Anak-anak, Bawaslu Langsung Beri Peringatan Melalui Pembawa Acara di Panggung

Puluhan KK Direlokasi

Akibat kejadian itu, 28 KK di kampungnya terpaksa harus direlokasi. Lokasi kampung yang sudah retak dan ambles membuat pindah tempat menjadi pilihan yang sulit dihindari.

Warga dari 28 KK itu kemudian direlokasi ke lahan tanah kas desa.

“Waktu itu bupatinya nyuruh pindah ya kita pindah semua di tanah milik pemerintah. Sampai saat ini dan setiap tahun juga pajak Rp 50.00 per KK lewat Ketua RT baru disetorkan ke Pak Lurah, kalau sekarang warganya udah nambah KK-nya sekitar 36 KK,” ujarnya.

Sementara, pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM , lokasi bekas tanah ambles di Dulas itu sangat memprihatinkan.

Hanya rumput liar dan sejumlah pohon keras yang menghiasi lahan yang sempat menjadi domisili puluhan warga tersebut.

Suminem, salah satu warga yang masih nekat bertahan di Dukuh Dulas, Gading, Tanon, Sragen. Foto/Wardoyo

Meski demikian, ada 3 KK yang masih tetap bertahan. Satu di antaranya adalah Suminem (69).

Ia mengaku memilih bertahan karena tak ingin meninggalkan tanah yang menjadi tumpah darahnya itu.

“Saya dibilangi sesepuh, nggak boleh pindah. Penting slamet gitu. Ya saya nggak pindah Mas,” ujarnya lirih.

Kades Gading, Puryanto membenarkan tragedi tanah ambles yang melanda desanya itu. Seingatnya bencana tanah longsor dan ambles itu terjadi antara 1997 dan 1998.

Baca Juga :  Kampanye Terbuka Paslon Sigit-Suroto di Nglorog Sragen Dihadiri Bahlil hingga Wihaji, Kader Terbaik PDI Perjuangan Sragen Mbak Yuni Sebut Bentuk Kepanikan Kubu 02

Menurutnya topografi permukiman di Dukuh Dulas yang kala itu di dekat sungai kecil, menjadi pemicu bencana longsor yang meluluhlantakkan seisi perkampungan.

“Dulu kondisi lahan di situ memang ada kalennya (sungai kecil) sehingga tanahnya menjadi longsor. Kalau enggak salah kejadiannya sekitar 1997/1998,” ujar dia.

Ihwal kondisi sekarang, Kades mengatakan selama ini relatif kondusif. Tidak ada bencana yang signifikan lagi.

“Masalah gempa bumi dan tanah longsor sekarang enggak ada. Mungkin hanya angin itu pun jarang,” pungkasnya. Wardoyo