JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di atas level 5 persen pada Triwulan IV tahun 2021, dan akan mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi berkelanjutan ke depannya.
Optimisme tersebut sangat realistis dan berdasarkan pada fakta-fakta yang menunjukkan prospek dan progres positif.
Demikian dipaparkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlanggaa Hartarto.
“Prospek positif itu dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dan strategi pemerintah yang tepat dalam menangani Covid-19 dan pemulihan ekonomi,” papar Menko Airlangga, sebagaimana dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Di samping itu, berbagai indikator kesehatan yang terus membaik, menjadi faktor yang ikut berperan dalam mendukung prospek positif tersebut.
Airlangga, yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2021 berhasil tumbuh positif sebesar 3,51% (yoy) atau 1,55% (qtq), melanjutkan pertumbuhan positif sebelumnya dari Triwulan II-2021.
Hal itu tidak lepas dari respons cepat Pemerintah dalam mengendalikan lonjakan kasus varian delta pada awal Triwulan III-2021, sehingga dapat memperkuat kembali momentum pemulihan ekonomi nasional.
Pulihnya kepercayaan masyarakat secara cepat dalam melakukan aktivitas ekonomi, menjadikan momentum pemulihan di sisi demand dan supply tetap terjaga.
Percepatan realisasi dari hasil refocusing anggaran Program PEN yang mengikuti dinamika pandemi selama Triwulan III-2021 juga telah mendorong konsumsi Pemerintah untuk tumbuh mencapai 0,66% (yoy).
Situasi pandemi yang mulai terkendali, menurut Menko Airlangga, telah mendorong peningkatan aktivitas ekonomi domestik.
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 1,03% (yoy) dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga tumbuh sebesar 2,96% (yoy). Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga tumbuh sebesar 3,74% (yoy) sejalan dengan meningkatnya kapasitas produksi dunia usaha.
“Efektivitas penerapan kebijakan PPKM dan akselerasi vaksinasi menjadi penopang utamanya,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Pemulihan permintaan global dan meningkatnya harga komoditas global juga mendorong aktivitas perdagangan internasional Indonesia. Ekspor tumbuh sebesar 29,16% (yoy) dan impor tumbuh sebesar 30,11%(yoy) pada Triwulan III-2021.
Sementara neraca perdagangan Indonesia juga terus berlanjut mengalami surplus selama 17 bulan berturut-turut, hingga akhir September 2021.
Menurut Airlangga, strategi kebijakan Pemerintah selama pandemi dalam menjaga pasokan ekspor kedua komoditas utama, yakni batubara dan CPO, turut memberikan kontribusi positif.
Selain itu, terjaganya ketersediaan pasokan dalam negeri juga menjadi kunci menjaga momentum ekspor di tengah kenaikan harga.
“Penguatan permintaan domestik pasca lonjakan kasus varian delta berhasil mendorong kinerja di beberapa sektor utama pada Triwulan III-2021,” ungkap Menko Airlangga.
Sektor Industri Pengolahan sebagai kontributor terbesar Produk Domestik Bruto tumbuh positif sebesar 3,68% (yoy).
Sektor utama lainnya juga tumbuh signifikan, antara lain Sektor Perdagangan dan Pertambangan yang masing-masing tumbuh sebesar 5,16% (yoy) dan 7,78% (yoy).
Sementara, sektor Transportasi dan Pergudangan serta Akomodasi dan Mamin mengalami kontraksi akibat pengetatan kebijakan PPKM sebagai upaya mitigasi lonjakan kasus varian delta di awal Triwulan III-2021.
Sektor informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan yang memiliki peranan penting pada masa pandemi juga kembali melanjutkan penguatan pertumbuhan.
Sektor jasa kesehatan mengalami pertumbuhan paling tinggi di Triwulan III-2021, yakni sebesar 14,06% (yoy).
Pulihnya berbagai sektor usaha di Triwulan III-2021 juga mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja.
Per Agustus 2021, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja meningkat menjadi 67,80% dan Tingkat Pengangguran Terbuka menurun menjadi 6,49%, lebih baik dibandingkan tahun 2020.
Sektor Industri Pengolahan menjadi sektor usaha yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja paling besar.
Selain itu, keyakinan dunia usaha untuk mulai merekrut pegawai juga tercermin dari peningkatan persentase komposisi penduduk bekerja di kegiatan formal sebesar 1,02% (dibandingkan Agustus 2020).
Secara umum, upaya pengendalian pandemi telah berhasil menurunkan jumlah penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 menjadi sebesar 21,32 juta orang di Agustus 2021, lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Secara spasial, mayoritas wilayah di Indonesia melanjutkan pertumbuhan positif pada Triwulan III-2021.
Pulau Jawa dan Sumatera sebagai kontributor perekonomian nasional masing-masing mampu tumbuh positif sebesar 3,03% (yoy) dan 3,78% (yoy).
Pencapaian ini juga terjadi pada pulau Kalimantan, Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Hanya pulau Bali dan Nusa Tenggara yang masih mengalami kontraksi sebesar -0,09% (yoy) yang diakibatkan belum pulihnya sektor pariwisata sebagai dampak pembatasan aktivitas masyarakat.
Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa untuk prospek ke depan, sejalan dengan konsistensi penurunan kasus harian Covid-19 yang terus terjadi, Pemerintah melakukan pelonggaran PPKM secara lebih luas namun tetap dalam pengawasan dan penerapan protokol Covid-19 secara disiplin.
Kondisi yang kondusif ini memungkinkan permintaan bertumbuh dan perekonomian terus mengalami pemulihan. Hal ini diharapkan akan berdampak positif pada beberapa indikator utama yang menunjukkan prospek baik bagi ekonomi.
Lebih lanjut, peningkatan efektivitas pengendalian Covid-19 dan berlanjutnya berbagai program pemulihan ekonomi diperkirakan mampu menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Dengan demikian, permintaan domestik pada sisa akhir tahun 2021 akan tetap menguat, seperti yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen yang terus membaik serta penjualan kendaraan bermotor yang diperkirakan tetap tumbuh.
Sejalan dengan itu, aktivitas dunia usaha juga diperkirakan akan terus membaik, tercermin dari pertumbuhan PMTB yang cukup tinggi, bahkan level Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada Oktober 2021 telah menembus rekor tertinggi sejak April 2011 dengan berada di level ekspansif sebesar 57,2.
Level PMI Indonesia menggambarkan kondisi aktivitas usaha yang kembali menggeliat di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Level PMI Indonesia tersebut juga lebih tinggi dibanding negara-negara di ASEAN lainnya, seperti Malaysia (52,2), Vietnam (52,1), Thailand (50,9), dan Myanmar (43,3).
Prospek baik perekonomian Indonesia ke depan juga didukung oleh kerja sama internasional yang terus diupayakan oleh Pemerintah.
Dalam serangkaian pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma Italia, KTT COP26 di Glasgow-Skotlandia, serta kunjungan kerja ke Persatuan Emirat Arab, Pemerintah terus mendorong pemulihan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Berbagai kerja sama tersebut juga diyakini dapat memicu peningkatan investasi melalui berbagai skenario seperti Sovereign Wealth Fund INA, kerja sama energi terbarukan, ritel dan infrastruktur pelabuhan dan jalan tol, kerja sama kesehatan, serta teknologi digital. Suhamdani