Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Teror Pinjol Makin Brutal, Penjual Susu Keliling di Sragen Syok Hingga Nyaris Bunuh Diri. Tak Pernah Pinjam Tapi Tiap Hari Ditagih Hingga Diancam Foto Bugil Disebar

Salah satu kiriman WA berisi tagihan dan kata-kata ancaman kasar

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Aksi teror dari aplikasi pinjaman online (Pinjol) ternyata juga merebak di Sragen.

Seorang wanita penjual susu Cimori keliling, NV (40) dilaporkan mengadu ke Polres Sragen karena merasa tak tahan mendapat ancaman dan teror dari pengelola Pinjol.

Tak hanya diteror dengan ditagih tiap hari, ia juga mengalami tekanan psikis karena dikirimi kata-kata kasar hingga ancaman foto bugilnya disebar.

Bahkan akibat tekanan psikis itu, ia sempat depresi dan nyaris bunuh diri. Padahal wanita itu merasa tak pernah berhutang atau punya pinjaman lewat aplikasi Pinjol.

“Iya. Tadi kami dapat laporan dari temannya. Sudah dilaporkan ke Polres Sragen cuma enggak diapa-apain katanya nggak ada kerugiannya. Padahal secara psikis teror itu sangat menakutkan dan bahkan dia sampai mau bunuh diri,” ujar Ketua DPD Nasdem Sragen, Heri Sanyoto kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Rabu (17/11/2021).

Muhtar, rekan NV membenarkan telah melapor ke Polres Sragen siang tadi. Dalam laporannya, korban mengadukan teror yang dialaminya dari aplikasi Pinjol.

Teror itu dialami sejak dua hari terakhir. Bentuknya dikirimi pesan WA agar segera membayar hutang lewat aplikasi Pinjol.

Kalimat tagihan itu dikirim dengan disertai umpatan kasar seperti mengatakan bangsat dan lain-lain. Korban juga diancam kalau tidak segera membayar maka foto bugilnya akan disebar ke semua media sosial agar viral.

“Padahal dia nggak pernah punya pinjaman online. Dia tadi ngeluh dua hari dapat teror terus lewat WA. Dia juga bingung, nggak punya hutang kok disuruh bayar. Lalu diancam kalau nggak bayar foto bugilnya akan disebar. Dikatain kasar dan diancam terus. Namanya wanita apalagi wong cilik, diteror begitu kan ketakutan Mas,” urainya.

Muhtar menyebut NV adalah sesama pedagang keliling satu grup dengannya. Sehingga setiap ada keluhan satu sama lain biasanya saling memberitahu dan menguatkan.

Karena tak tahan diteror, korban sempat berusaha mengganti nomor HP dan WA. Namun niat itu diurungkan karena nomor HP juga digunakan untuk berjualan serta banyak aplikasi yang difungsikan untuk menjalankan usahanya.

“Yang bikin kecewa, tapi pas lapor ke polisi dibilangin kalau nggak ada kerugian sehingga nggak diapa-apain. Padahal teror itu sudah sangat meresahkan dan merugikan psikis. Akhirnya mau ngapa-ngapain jadi enggak tenang. Sudah wong cilik, hidup susah, mau usaha malah diteror gitu, siapa yang nggak bingung,” terangnya.

Ia berharap agar aparat bisa menindaklanjuti laporan teror tersebut. Minimal dengan melacak pelaku teror dan bisa menghentikannya.

Sebab ia meyakini kasus serupa dimungkinkan dialami oleh banyak orang. Namun sebagian memilih untuk diam dan pasrah karena tak tahu apa yang harus dilakukan.

“Kepada Pak Polisi, mohon direspon. Kasihan wong cilik, diteror begini. Harus mengadu ke mana lagi,” tandasnya. Wardoyo

Exit mobile version