SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mentransfer ilmu pada siswanya tidak hanya sekedar ceramah, guru harus inovatif meskipun pembelajaran dilakukan secara daring.
Hal itu menjadi dasar platform digital Hafecs dan Guru Inovatif mendorong pembelajaran berbasis blended learning diterapkan guru masa sekarang. Untuk itu, guru diharapkan memiliki inovasi untuk mengembangkan diri dalam metode pembelajarannya.
“Bekerjasama dengan Pemkot Solo melalui Dinas Pendidikan (Disdik), kami mengukur kualitas guru dan harapannya ke pendidikan di Kota Solo juga. Untuk itu kami menggelar lomba literasi guru inovatif ini,” papar Chief Business and Inovation Guru Inovatif William Rahadi, Kamis (16/12/2021).
Selama dua bulan, para guru dan siswa dijaring untuk mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Sebanyak 3.212 guru dan 12.300 siswa dari Soloraya dilibatkan dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan standar dari Programme for International Student Assessment (PISA) kualitas literasi di Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu program dari Hafecs dan Guru Inovatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Solo dengan menggunakan metode blended learning, baik secara literasi maupun secara numerasi.
”Jadi sebelum mengikuti program ini, guru dan siswa harus mengikuti pre test untuk mengetahui angka literasi dan numerasi mereka. Kemudian mereka mendapat pembekalan dan pelatihan selama sebulan. Baru kemudian kami test lagi apakah ada perubahan cara mengajar guru dan cara pembelajaran murid,” imbuh William.
Setelah pembekalan selama dua bulan, lanjutnya, diketahui adanya peningkatan dari para guru dan murid. Dari sisi guru, terjadi peningkatan kualitas mengajar 20 persen terutama dalam metode pembelajarannya. Peningkatan juga terjadi pada siswa dimana awalnya berada di posisi 50, meningkat menjadi 68.
“Rencananya program ini akan dilanjutkan di beberapa kota lain, seperti Jakarta dan Surabaya. Kota Solo dipilih menjadi yang pertama,” bebernya.
Direktur Hafecs, Zulfikar Alimudin menambahkan, saat ini permasalahan utama dalam pendidikan adalah metode guru dalam mengajar. Kondisi ini dipersulit dengan masa pandemi.
”Sebenarnya kami sudah mengembangkan konsep ini. Tapi setelah pandemi kami mengembangkan platform digital yang bisa diterima masyarakat. Makanya kami membuat program literasi semacam ini,” tukasnya. Prihatsari