Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Pindang Kambing Mbok Sinem Ngadirojo Wonogiri, Nikmat Gurih Bikin Nagih

Pindang kambing

Pindang kambing Mbok Sinem Ngadirojo Wonogiri. Joglosemarnews.com/Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kuliner dan Wonogiri, dua kata yang tidak bisa dipisahkan. Lantaran memang kabupaten terluas kedua di Jateng setelah Cilacap itu menjadi surganya para pecinta kuliner.

Beragam kuliner khas nan membuat pengin menyantap lagi terjadi komplit di Wonogiri. Sebagian di antaranya memanfaatkan barang baku yang tersedia melimpah.

Nah, tanpa panjang lebar lagi berikut kami suguhkan salah satu kekayaan kuliner khas Wonogiri. Namanya pindang kambing Mbok Sinem Ngadirojo Wonogiri.

Pindang dibuat dari campuran tepung gaplek atau singkong dan aneka bumbu. Wujudnya menyerupai jenang dan lengket. Warnanya juga keruh kecoklatan

Namun jangan salah rasanya dijamin nikmat dan gurih. Baunya khas menggoda lidah untuk berdansa.

Nah, di warung pindang kambing Mbok Sinem pindang disajikan bersama potongan jerohan kambing dan sapi. Ada babat, kulit, kikil, usus, dan sejenisnya.

Semakin menambah nikmat adalah wadah pembungkusnya berupa daun jati. Selanjutnya direkatkan dengan bantuan biting atau penusuk dari bambu atau lidi kecil.

Bagaimana mengenai harga? Jangan khawatir, satu bungkus pindang dihargai Rp5 ribu, cukup membuat kenyang. Mau ukuran besar, boleh dengan harga Rp10 ribu atau sesuai permintaan.

Kepada wartawan yang menemuinya di dapur sekaligus warung jualannya, Mbok Sinem mengaku berjualan sejak tahun 1988 lalu. Mbok Sinem hanya menjajakan pindang buatannya di dapur rumahnya di Dusun Sambirejo RT 1 RW 9 Desa Ngadirojo Kidul Kecamatan Ngadirojo mulai sore hari.

Kenapa buka sore dan di dapur? Alasannya sederhana, tenaganya sudah tidak kuat apabila berjualan di pasar maupun memulai jualan di pagi hari. Sebab butuh waktu untuk memproses bahan tersebut menjadi kuliner yang memanjakan lidah.

Mbok Sinem mengaku, mulai memasak di siang hari dan matang di sore hari sekitar pukul 15.00 WIB, untuk menjaga cita rasa, dimasak dengan kayu bakar.

“Buka tiap hari, tutupnya di Idul Adha saja, kalau Idul Fitri malah rame banget. Paling sedikit menyembelih enam ekor kambing untuk kebutuhan pelanggan pas ramai,” kata dia, Senin (27/12/2021).

Mbok Sinem mengaku, saat ramai, kurun waktu satu setengah jam saja, satu panci pindang dan satu wajan penuh jeroan ludes diserbu pembeli.

Soal cita rasa, tidak perlu diragukan, memasaknya saja dengan kayu bakar, terlebih membungkusnya dengan daun jati. Dipastikan akan membuat lidah bergoyang.

Di usianya yang sudah 70 tahun lebih, Mbok Sinem berprinsip jualan dengan dinikmati, tak muluk-muluk soal target dan keuntungan.

“Kalau saya, pas laris ora bungah-bungah, pas sepi yo ora susah-susah, itu saja,” ujarnya sambil terkekeh.

Salah satu pembeli, Airlangga (24) warga Wonogiri mengaku datang ke rumah Mbok Sinem untuk membuktikan omongan teman-temannya tentang rasa Pindang Nyamleng Mbok Sinem. Terlebih di media sosial banyak yang membahasnya.

“Nikmat gurih, bikin nagih,” ujar Airlangga. Aris

Exit mobile version