JOGLOSEMARNEWS.COM — Sengatan lebah digunakan sebagain orang untuk keperluan terapi pengobatan. Metode ini disebut Apitherapy atau Bee Venom Therapy (BVT).
Meski manfaatkan sebagian orang, terapi sengat lebah ini memiliki efek samping bagi sebagian orang.
Terapi sengatan lebah telah digunakan sebagai terapi pengobatan selama ribuan tahun. Sejarah mencatat, Mesir, Cina, Yunani dan Romawi menggunakan produk lebah untuk tujuan pengobatan. Mereka memanfaatkan racun lebah untuk mengobati nyeri sendi akibat radang sendi.
Melansir dari healthline.com, penyakit yang dapat diobati dengan Apitherapy yaitu sklerosis ganda, radang sendi, infeksi, herpes zoster. Selain itu, beberapa cedera juga dapat diobati seperti luka, nyeri, luka bakar, dan tendonitis.
Jeong Hwan Park, Bo Kyung Yim, dan Tae-Hun Kim dalam penelitiannya berjudul “Risiko Terkait dengan Terapi Racun Lebah: Tinjauan Sistematis dan Meta-Analisis” menyebutkan frekuensi rata-rata pasien yang mengalami efek samping terkait dengan imunoterapi racun adalah 28,87 persen.
Dibandingkan dengan injeksi normal saline, akupuntur racun lebah menunjukkan peningkatan risiko relatif sebesar 26 persen untuk terjadinya efek samping. Berdasarkan penelitian tersebut, Jeong Hwan Park dan rekan-rekan menyimpulkan bahwa efek samping yang berhubungan dengan terapi racun lebah sering terjadi.
Racun lebah dapat menyebabkan respons histamin, mulai dari iritasi seperti kulit yang bengkak dan memerah hingga reaksi alergi parah yang dapat mengancam jiwa. Selain itu, terapi ini juga bisa menyakitkan.
Dilansir dari Healthline, sejumlah efek samping sengatan lebah antara lain sakit kepala, batuk, kontraksi rahim, perubahan warna sklera, atau putih mata, penyakit kuning, sakit parah di badan, dan kelemahan otot.