JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Perjuangan atlet bulutangkis Thomas Cup untuk mendapat apresiasi dari pemerintah, justru mendapat serangan balik.
Tanda pagar (tagar) AtletHarusPaham sempat menjadi trending di Twitter. Isi tagar tersebut mengritik sejumlah atlet badminton karena menyuarakan bonus usai memenangi Piala Thomas pada Oktober lalu.
Perang tagar tersebut, memantik reaksi dari DPR RI. Komisi X DPR pun meminta semua pihak tidak mencap negatif para atlet.
“Janganlah kita saling memberikan cap dan label negatif. Apalagi kepada atlet. Kami paham kenapa pemerintah janji memberikan bonus, tentu supaya para atlet percaya diri, termotivasi, dan bersemangat untuk menang,” ujar Wakil Ketua Komisi X dari Fraksi PKS Abdul Fikri Faqih kepada wartawan di Jakarta, Selasa (7/12/2021).
Abdul menilai pemerintah wajib menunaikan janjinya memberi bonus ketika para atlet berhasil mengharumkan nama bangsa. Menurutnya, itu merupakan hal yang wajar.
Tatkala atlet sudah membuktikan perjuangan kerasnya, menurutnya tentu pemerintah punya kewajiban menunaikan janjinya.
“Seperti itu sebenarnya wajar-wajar saja. Dan mudah-mudahan akan tumbuh jiwa saling percaya antar kita, sehingga prestasi olahraga kita terus melambung dan sukses,” urainya.
Abdul pun mendorong Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan para atlet menjalin komunikasi terkait permasalahan bonus ini.
Sehingga akan timbul rasa saling memahami antarpihak.
“Atau sedikit barangkali hanya urun rembug. Masing memang harus paham. Tidak hanya atlet, tapi pemerintah, penggemar olahraga dan atlet semua harus ada saling memahami,” katanya.
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa Pemerintah dan DPR menata sistem keolahragaan di Tanah Air dengan merevisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN).
Ia berharap pembenahan sistem di bidang olahraga mampu meningkatkan pembinaan bakat atlet dan menata kelembagaannya.
“Sambil secara sistematik masing-masing menata diri karena sekarang pemerintah dan DPR cq Komisi X sedang merevisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,” ujar Abdul.
Menurutnya persoalan apresiasi dan bonus, tak bisa dianggap enteng. Sebab hal itu menyangkut semua aspek keolahragaan kita sehingga nanti pembinaan bakat atlet sejak dini tertangani dengan baik, kelembagaannya juga tertata lebih bagus, cabor juga semakin luas.
“Juga sistem pendanaan kegiatan olahraga dari pusat hingga di daerah terpenuhi secara optimal,” imbuhnya.
Senada, pengusaha beras nasional yang juga Dewan Penasihat PBSI, Billy Haryanto juga mendukung pemberian bonus dari pemerintah.
Sebab perjuangan atlet Thomas Cup harus diapresiasi. Perhelatan Thomas Cup tidak ada hadiahnya dan atlet telah berjuang mengharumkan nama bangsa dengan memboyong piala supremasi bergengsi yang sudah 19 tahun direbut negara lain itu.
Billy bahkan sudah mengawali memberi bonus Rp 500 juta yang sempat ia janjikan untuk pahlawan Thomas Cup tak lama setelah mereka tiba di Indonesia.
“Sudah, langsung saya cairkan. Enggak pakai lama. Itu wujud apresiasi untuk perjuangan mereka. Mereka sudah mengharumkan nama bangsa di kancah dunia. Sebelum keringatnya kering, bonus mestinya harus dicairkan. Karena Thomas Cup ini piala kebanggaan, di situ enggak ada hadiahnya, beda dengan turnamen individual series. Tapi lewat Thomas Cup nama Indonesia jadi harum, makanya hargailah perjuangan atlet,” ujar Billy. Wardoyo