SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Putusnya tali penopang di Jembatan Gantung di Kliwonan-Butuh, di Desa Kliwonan, Masaran Sabtu (29/1/2022) memaksa akses jembatan penghubung Masaran-Plupuh itu harus ditutup total.
Seiring kondisi jembatan yang dinilai sudah tak aman, kisah-kisah terkait jembatan sepanjang 150 meter yang membelah Sungai Bengawan Solo itu pun kini mulai menyeruak.
Salah satunya, kisah tragedi bunuh diri yang pernah terjadi di atas jembatan tersebut.
Dari catatan JOGLOSEMARNEWS.COM , kisah kelam tragedi bunuh diri itu terjadi hampir setahun silam, tepatnya pada Minggu tanggal 7 Februari 2021.
Kala itu, jembatan itu seolah menjadi saksi bisu aksi tragis yang dilakukan petugas Linmas Desa Pengkok, Kecamatan Kedawung, Sragen, Pardiyono (66).
Ia melakukan aksi bunuh diri terjun dari jembatan gantung itu ke Sungai Bengawan Solo. Insiden itu sempat menggemparkan warga sekitar.
Jasad pria malang itu kemudian ditemukan tewas di aliran Sungai Bengawan Solo wilayah Dukuh Patihan RT 6, Desa Karangudi, Ngrampal, Sragen, sehari berselang.
Saat ditemukan, korban dalam kondisi tak bernyawa mengapung di aliran sungai.
Almarhum ditemukan setelah melalui dua hari pencarian. Setelah ditemukan, jenazah korban langsung dievakuasi oleh tim gabungan dan dibawa ke RSUD Sragen untuk dilakukan identifikasi.
Kepala BPBD Sragen saat itu, Sugeng Priyono menguraikan dari hasil investigasi petugas, korban melakukan bunuh diri karena depresi mengidap sakit paru sudah lama tak sembuh.
“Sekitar 2 minggu yang lalu ngomong ke anaknya kalau saudara yg di Purwodadi tidak menjenguk dan kemudian diduga menceburkan diri ke sungai,” terangnya.
Jadi Akses Vital Warga
Kisah itu hanyalah sekelumit sisi gelap dari segudang kemanfaatan jembatan yang selama ini dirasakan warga.
Kades Kliwonan, Aswanda menyebut sejak berdiri hampir 20 tahun, jembatan itu menjadi andalan warga dari Masaran maupun Plupuh untuk mendapat akses alternatif terdekat.
Meski hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, keberadaan jembatan gantung di Kliwonan- Butuh sangat vital memperpendek jarak warga dari Masaran menuju Plupuh maupun sebaliknya.
“Tapi kadang kendaraan roda tiga, bahkan tleser juga nekat lewat jembatan situ. Padahal mungkin bukan kelasnya. Harusnya hanya roda dua saja,” ujarnya Senin (31/1/2022).
Kini, jembatan yang 20 tahun setia menjadi titian warga itu sudah ditutup total. Perbaikan masih harus menunggu ketersediaan anggaran.
Kabid Bina Marga, DPU Sragen, Albert Pramono Susanto menyebut kondisi jembatan gantung itu memang sudah tidak layak dan membahayakan.
Hal itu karena adanya 2 tali sling peredam goyang yang terputus dari dua sisi, kemudian ada relling yang keropos serta bagian plat lantai jembatan yang bolong.
“Ada 2 tali sling kanan kiri fungsinya untuk pengaku jembatan biar nggak goyang, yang terputus. Itu dari sisi Masaran. Kemudian ada relling yang keropos di beberapa bagian, ada lantai di beberapa titik dari sisi Masaran dan Butuh yang keropos juga minta diganti.
Sehingga saran kita, ditutup dulu sambil kami lakukan assesment kerusakan dan kebutuhan penanganannya,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Terkait perbaikan, Albert menyampaikan akan mengupayakan agar bisa dilakukan sesegera. Jika bisa dipenuhi dengan anggaran pemeliharaan rutin, maka akan dilakukan dengan dana tersebut.
“Sambil nanti kita ajukan nota dinas ke pimpinan untuk mohon petunjuk lebih lanjut. Yang jelas kita lihat anggaran pemeliharaan rutin dulu, apakah bisa memenuhi atau tidak,” tandasnya. Wardoyo