JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Belum selesai pandemi Covid-19, kini ditemukan lagi sebuah varian baru dari virus yang menyerang sistem imun tubuh (HIV) di Eropa. Apa lagi?
Temuan ini menurut para dokter, menunjukkan semakin pentingnya orang-orang yang berisiko lebih tinggi untuk secara teratur memeriksakan diri dan memulai pengobatan sesegera mungkin.
Jumlah kasus baru infeksi HIV, dari seluruh varian virusnya yang telah dikenal, telah berkurang secara global sepanjang satu dekade ini berkat meluasnya obat-obatan yang mampu menekan virus tersebut.
Infeksi varian terbaru, disebut VB, juga bisa disembuhkan dan bisa dideteksi menggunakan tes diagnostik yang sama yang selama ini digunakan.
Sejauh ini diketahui hanya 109 orang yang terdeteksi terinfeksi VB. Seluruhnya, kecuali dua di antaranya, tinggal di Belanda.
Tapi, jumlah yang terinfeksi boleh jadi lebih banyak lagi karena ketidaktahuan.
“Para peneliti yang mengurutkan genom HIV harus mengecek lagi basisdata mereka untuk kasus-kasus varian baru,” kata Chris Wymant dari Fakulas Kedokteran, University of Oxford, Inggris.
Dengan pengobatan, orang dengan HIV, apakah varian VB atau bukan, kini memiliki kehidupan hampir-normal dengan catatan jika tidak melupakan dosisnya.
Virus menjadi tak terdeteksi dalam darah ataupun cairan tubuh, sehingga mereka tak bisa ‘menyeberang’ lewat seks tanpa kondom. Orang tanpa HIV juga bisa menggunakan pengobatan yang sama untuk menghindar dari terinfeksi.
Varian HIV VB ditemukan melalui sebuah proyek yang disebut Beehive. Proyek bertujuan memahami keterkaitan antara genetika HIV dan tingkat keparahan penyakitnya.
Acuan datanya menggunakan basisdata urutan genom HIV dari orang di Uganda, Afrika, dan delapan negara di Eropa.
Wymant dan timnya awalnya menemukan VB pada 16 orang di Belanda, satu di Swiss, dan satu dari Belgia.
Tapi, dengan berjalannya waktu, studi yang hasilnya telah dipublikasi dalam jurnal Science, 3 Februari 2022, itu mengungkap lebih banyak kasus lagi yang semuanya dari Belanda.
Analisis genetika yang dilakukan memunculkan dugaan varian baru itu mulai muncul di Belanda pada 1990-an.
Sebaran infeksinya tumbuh cepat dari sekitar tahun 2000, dan lalu turun mulai sekitar tahun 2008.
Kebanyakan mereka yang terinfeksi saat itu tidak segera mencari pengobatan karena memang belum direkomendasikan.
Padahal, jika tak terobati, HIV akan perlahan menginfeksi lebih banyak sel imun, khususnya tipe sel CD4 yang akan merosot cepat sampai penderitanya tak mampu lagi memerangi infeksi dan berkembanglah penyakit AIDS.
Orang-orang dengan VB akan cepat sampai ke fase yang disebut HIV lanjutan, yakni ketika kadar sel CD4 di bawah 350 sel per mililiter darah, yang menunjukkan VB lebih menular dibandingkan varian HIV lainnya.
Studi mendapati penderita yang baru terdiagnosa positif VB, usia 30-an tahun, hanya butuh sembilan bulan sebelum mencapai fase HIV lanjutan itu. Apabila varian lain, butuh tiga tahun.
“Varian ini menular dari satu orang ke orang lain tanpa banyak berevolusi yang mengindikasikan bahwa prosesnya lebih cepat daripada umumnya. Degan kata lain varian terbaru ini lebih menular,” kata Wymant.
Meski begitu analisis tak mengungkap apa yang membuat HIV VB lebih menular. Meski begitu, Caroline Sabin dari University College London mengatakan bahwa temuan itu menyediakan dukungan lebih jauh untuk uji berkala bagi mereka yang berisiko dan kebutuhan pengobatan yang cepat ketika terdiagnosa.
“Kita akan berada dalam situasi yang berbeda jika kasusnya tidak segera mendapatkan pengobatan,” katanya.