JOGLOSEMARNEWS.COM – Covid-19 sudah berevolusi menjadi dua varian, yakni varian delta dan yang baru-baru ini marak terjadi adalah varian Omicron.
Diketahui, bahwa varian Omicron dari Covid-19 ini lebih mudah menyebar luas dan menular kepada manusia.
Orang yang mempunyai gejala Omicron memiliki gejala yang mirip dengan varian Covid-19 sebelumnya.
Banyak orang berpikir bahwa Omicron dipicu oleh gejala ringan mirip flu biasa. Akan tetapi hal itu bisa menjadi sangat berbahaya bagi orang yang rentan terhadap penyakit.
Sebuah penelitian dari aplikasi pelacak Zoe Covid yang berpusat di Inggris menunjukkan, gejala yang paling banyak diketahui untuk kebanyakan pasien Omicron antara lain pilek, sakit tenggorokan, rasa sakit yang sangat di seluruh tubuh, kelelahan dan yang terakhir sakit kepala yang parah.
Ada juga gejala baru yang dirasakan oleh pasien Omicron, yaitu diare, tidak nafsu makan, dan sakit perut.
“Belum tentu gejala yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya.”
“Mayoritas penduduk Inggris saat ini sudah divaksinasi dua atau tiga kali, yang memiliki efek perlindungan kuat terhadap penyakit parah dan rawat inap,” ujar Zoe COVID,
Tetapi ada hal yang aneh dari kasus infeksi Omicron, terdapat sedikit orang yang mengalami gejala umum dari virus corona seperti batuk, demam, dan kehilangan indra penciuman.
Diambil dari akun Instagram @kemenkes_ri, gejala Omicron secara umum sebagai berikut: (1) Demam (2) Batuk (3) Flu (4) Sakit tenggorokan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021 tentang Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina dan Isolasi dalam Rangka Percepatan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, terdapat lima derajat gejala Covid-19.
Beberapa di antaranya adalah:
(1)Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.
(2) Gejala Ringan yaitu Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia, frekuensi napas 12-20 kali per menit dan saturasi oksigen >95%. Gejala umum yang terjadi pada varian ini seperti demam, batuk, kelelahan, napas pendek, myalgia, kehilangan nafsu makan dan nyeri tulang. Terdapat juga gejala tidak spesifik yang terjadi seperti sakit yang terjadi di tenggorokan, nyeri di kepala, diare, mual, muntah, indra penciuman yang hilang, dan indra pengecapan hilang (ageusia).
(3) Gejala Sedang dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat tanpa tanda pneumonia berat, dengan saturasi oksigen 93%.
(4) Gejala Berat dengan tanda klinis pneumonia seperti demam, batuk, sesak, napas cepat, dan ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen <93%.
(5) Kritis yaitu pasien yang mengalami gejala gagal nafas, infeksi dengan komplikasi, atau mengalamami kegagalan banyak organ ketika dalam penanganan varian Omicron.
Ketika seorang pasien Omicron melakukan isolasi mandiri terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan isolasi mandiri dirumah, seperti bagaimana halnya dikutip dari akun Instagram @kemenkes_ri :
(1) Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak melakukan swab
(2) Usia pasien isoman maksimal 45 tahun dan tidak memiliki komorbid
(3) Diawasi oleh petugas kesehatan (melalui telemedisin atau dengan puskesmas setempat)
(4) Rumah untuk isoman harus memiliki kamar atau lantai terpisah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik. Kamar mandi dalam rumah pasien terpisah dengan penghuni lain.
(5) Menyiapkan alat pengukur kadar oksigen (pulse oximeter).
(6) Tetap pakai masker saat keluar kamar.
(7) Berkomitmen untuk isoman sampai selesai. Selvia Safitri