Beranda Edukasi Pendidikan Nadiem Makarim Sebut Indonesia Sedang Dalam Krisis Pembelajaran

Nadiem Makarim Sebut Indonesia Sedang Dalam Krisis Pembelajaran

Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim. Foto/Tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan Indonesia sedang mengalami krisis pembelajaran. Hal itu semakin diperburuk oleh pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Nadiem menuturkan hal itu tergambar jelas dari skor Programme for International Student Assessment (PISA) yang tak kunjung membaik dan masih jauh dibandingkan rata-rata negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lainnya.

“Kita semua sudah tahu Indonesia mengalami krisis pembelajaran. Ini sudah kita alami dalam 20 tahun terakhir dalam angka tes PISA yaitu tes internasional,” ujar dia saat konferensi pers secara daring, Jumat, (11/2/2022).

Nadiem menyebutkan skor PISA Indonesia tidak mengalami peningkatan signifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Untuk membaca hingga 2018 skornya masih di level 371 jauh di bawah rerata OECD di sekitar angka 500. Demikian juga Matematika yang skornya 379.

“Dan 70 persen siswa usia 15 tahun kita berada di bawah kompetensi minimum untuk membaca dan matematika. Makanya ini harus kita sebut sebagai suatu krisis dan membutuhkan solusi yang luar biasa,” ujar Mendikbud.

Menurutnya, kondisi ini nantinya memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini, kata Nadiem, menjadi semakin parah.

Baca Juga :  ISETH 2024, UMS Berkomitmen pada Pengembangan Teknologi

“Pada saat pindah ke learning online dan ini salah satu dampak negatif dari corona virus dan kita telah asesmen dan kalkulasi apa sebenarnya dampak learning loss-nya. Kita melihat berdasarkan analisa kita dan juga sudah kalibrasi dengan riset-riset eksternal,” tutur dia.

Dia menyebutkan krisis pembelajaran diperparah oleh pandemi Covid-19 ini terindikasi dari berkurangnya kemajuan belajar dari kelas 1 ke kelas 2 sekolah dasar (SD), baik dari segi literasinya maupun numerasi.

Berdasarkan pemaparannya, sebelum pandemi kemampuan belajar selama satu tahun kelas 1 SD adalah 129 poin untuk literasi dan 78 poin nomerasi. Namun setelah pandemi angkanya berkurang signifikan, untuk literasi menjadi 77 dan numerasi hanya 34 poin.

Nadiem menjelaskan berkurangnya kemajuan belajar dalam satu tahun ini untuk literasi setara dengan hilangnya pembelajaran atau learning loss selama enam bulan. Sedangkan untuk numerasi hilang sekitar lima bulan.

“Dalam suatu tahun akademik enam bulan itu untuk satu krisis selama dua tahun ini besar sekali. Enam bulan kita kehilangan pembelajaran, ini rata-rata. Untuk numerasi kita kehilangan lima bulan, ini namanya learning loss,” papar Nadiem.

Baca Juga :  Purna Tugas di UNS, Prof Pranoto Lanjutkan Langkah di UMUS Brebes

Dia mengatakan data ini diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7 kabupaten atau kota di empat provinsi pada Januari 2020 dam April 2021. Sehingga masih banyak lagi daerah yang bisa saja mengalami dampak lebih besar dari kehilangan pembelajaran.

“Kita bisa bayangkan daerah-daerah terpencil learning loss mereka bisa mencapai delapan bulan bahkan 10 bulan dan ini adalah salah satu angka yang sangat signifikan. Jadi kita membangun satu solusi kurikulum berdasarkan keinginan kita mengejar ketertinggalan,” kata Nadiem Makarim.

www.tempo.co