SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pasar Banaran di Desa Banaran, Sambungmacan, Sragen dilaporkan dalam kondisi sangat sepi.
Tidak adanya akses penghubung berupa jembatan antar desa dan kecamatan di wilayah itu dinilai menjadi faktor sepinya pasar di tepi jalan raya Sragen-Ngawi perbatasan dengan Mantingan itu.
“Selama tidak ada jembatan, Pasar Banaran jadi mati. Jembatan adanya di Mantingan. Dulu ada sate di situ, terkenal sampai ke luar Jawa. Sekarang juga mati karena sepi,” papar Kades Banaran, Susilo saat menyampaikan usulan dalam agenda reses anggota DPRD Provinsi Jateng, Untung Wibowo Sukowati di Sambungmacan.
Susilo menuturkan kondisi Pasar Banaran sendiri kian waktu kian sepi. Jika dulu pasar tradisional itu nyaris tak pernah tidur, kini jam 08.00 WIB baru mulai buka dan pengunjung pun sudah jauh berbeda.
Ia menduga sepinya pasar karena tiadanya akses jembatan penghubung Kecamatan Sambungmacan-Jenar tepatnya yang menghubungkan Desa Banaran dengan Kandangsapi Jenar.
Hal itu membuat para pedagang dari Utara Bengawan utamanya Jenar dan sekitarnya, kesulitan untuk menjangkau ke Pasar Banaran.
“Adanya jembatan di Mantingan dan itu sangat jauh. Pedagang kecil banyak yang kesulitan,” urainya.
Menurut Susilo, kondisi tersebut sangat kontras dengan posisi Banaran yang selama ini menjadi ibukotanya Kecamatan Sambungmacan.
Terlebih, jumlah penduduk di desanya termasuk paling banyak dan padat di antara desa-desa di Kabupaten Sragen.
Atas realita itu, ia berharap pemerintah bisa mengupayakan membangunkan jembatan penghubung antara Banaran-Kandangsapi.
“Kami sudah 3 kali mengusulkan, tapi belum pernah ada tindak lanjut. Karena jembatan itu nanti bukan hanya untuk Banaran dan Kandangsapi tapi juga untuk warga Sragen dan Jawa Tengah. Karena jalurnya di perbatasan,” imbuhnya.
Bowo menyebut aspirasi yang masuk nantinya akan ditelaah terlebih dahulu dan dimasukkan ke sistem. Kemudian diupayakan untuk mendapatkan anggaran pada 2023.
“Untuk yang besar seperti Jembatan Banaran-Kandangsapi, itu memang bukan sesuatu yang kecil karena menyeberangi Bengawan Solo. Butuh waktu dan biaya yang besar. Nanti akan kami usahakan, tapi kalau bisa ditangani provinsi, tentu akan lebih baik. Sementara kita masih fokus untuk Jembatan Ganefo dulu,” ujarnya. Wardoyo