Beranda Daerah Sragen Modal Rp 7 Juta, Pemdes Tangkil Bisa Basmi 3.570 Ekor Tikus Lewat...

Modal Rp 7 Juta, Pemdes Tangkil Bisa Basmi 3.570 Ekor Tikus Lewat Gropyokan. Anak-Anak Ikut Semangat Buru Upah

Salah satu petani menunjukkan hasil perburuan tikusnya untuk mendapat bayaran dari Pemdes. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gerakan gropyokan tikus yang digelar Pemdes Tangkil dan kelompok tani desa setempat, berhasil membunuh 3.570 ekor tikus.

Ribuan ekor tikus itu didapat dari kegiatan gropyokan yang digelar selama seminggu terakhir berturut-turut.

Kades Tangkil, Suyono mengatakan dari akumulasi hasil gropyokan selama sepekan berhasil mendapat 3.570 ekor tikus.

Dengan upah Rp 2000 ekor, Pemdes mengeluarkan biaya hampir Rp 7 juta lebih sedikit untuk membayar upah petani dan Poktan yang mendapat tikus.

“Total selama seminggu, dapat 3.570 ekor. Selain petani dan Gapoktan serta aparat TNI Polri, anak-anak juga semangat ikuti bantu gropyokan. Karena ada upahnya Rp 2000 ekor,” paparnya Selasa (29/3/2022).

Suyono menguraikan gropyokan tahap pertama ini dinilai cukup efektif. Dengan menyasar seluruh areal di semua Gapoktan, gropyokan dianggap mengurangi dan menekan populasi tikus.

Gropyokan tahap pertama ini digelar menjelang tanam. Mengingat efektifnya kegiatan itu, rencananya akan berlanjut ke tahap kedua setelah padi berumur beberapa pekan.

Baca Juga :  Tragedi Lebaran Idul Fitri 2025, Warga Sumberlawang Sragen Tenggelam di Waduk Kedungombo (WKO) Ini Kronologinya

“Insya Allah nanti kita akan lanjutkan ke tahap kedua setelah padi umur beberapa pekan. Biar nanti aman dari tikus dan panen bisa bagus,” jelasnya.

Kegiatan gropyokan di Desa Tangkil, Sragen. Foto/Wardoyo

Kades Suyono menyampaikan metode gropyokan digelar secara manual dan menggunakan emposan.

Gropyokan dipilih lantaran dinilai paling efektif dan aman bagi petani. Gropyokan digelar dengan sarana emposan, linggis, api gas elpiji dan belerang.

Gerakan gropyokan digencarkan lantaran penggunaan setrum tikus dinilai berbahaya dan sudah banyak merenggut nyawa di Sragen.

Pemberantasan tikus dinilai mendesak lantaran dalam tiga tahun terakhir, serangan tikus sudah di luar batas kewajaran hingga membuat panen petani merosot.

Gropyokan digelar sebelum masa tanam. Dengan harapan ketika padi sudah ditanam maka bisa selamat dari serangan.

Baca Juga :  Banjir Parah di 4 RT Sambirejo, Underpass Joglo Terpaksa Ditutup Sementara

Selama ini pola serangan tikus lebih banyak menyerang ketika tanaman padi sudah mulai berkembang.

“Ini juga upaya untuk menjaga ketahanan pangan di desa kami. Kalau dibiarkan produksi pangan akan terus menurun karena tikus makin banyak,” jelasnya. Wardoyo