
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM โ Mahalnya harga minyak goreng benar-benar mimpi buruk bagi masyarakat dan pelaku usaha kecil berbasis goreng menggoreng.
Harga migor yang terlalu tinggi memaksa warga mengganti aktivitas menggoreng dengan merebus.
Sejumlah lauk dan usaha makanan yang bisanya digoreng pakai minyak, kini dialihkan direbus untuk menghindari beban pengeluaran.
โSejak minyak goreng mahal, sekarang jadi jarang nggoreng. Hanya tertentu saja, kalau pingin baru nggoreng,โ ujar Sunardi (57) warga Miri, Sragen, Selasa (1/3/2022).
Ia mengatakan istrinya biasa membeli minyak goreng untuk menggoreng lauk tahu dan tempe. Namun sejak harga minyak goreng meroket dan tak terbeli, tahu dan tempe pun kini terpaksa hanya direbus.
Dia mengaku bersyukur mendapatkan minyak goreng premium dengan harga Rp14.000 meskipun satu liter saja.
โYa cukup enggak cukup dicukupi dari pada beli di pasar terlalu terlalu mahal. Alhamdulillah ini, bisa makan lauk digoreng lagi,โ urainya.
Menurut Nardi, kegiatan operasi minyak goreng membantu meringankan beban para petani seperti dirinya. Dia berharap kegiatan serupa sering digelar di Miri.
Senada, warga lain Jumiati (34) yang merintis usaha sosis goreng di rumahnya Desa Doyong, Miri, juga mengaku kesulitan dengan kondisi minyak goreng yang mahal saat ini.
Mahalnya harga membuat minyak goreng dikurangi untuk kebutuhan makan sehari-hari. Salah satunya lauk yang kini lebih banyak direbus.
โIya, sekarang lebih banyak lauknya dibacem. Ngirit Mas nggak perlu minyak goreng. Habisnya mahal,โ tandasnya. Wardoyo