KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM -Kecintaan seseorang pada seni wayang kulit tak dapat luntur meskipun sudah 40 tahun merantau ke Jakarta dan terbilang sebagai pengusaha sukses. Dialah sosoak lelaki yang bernama Supardiyanto (52 tahun) warga Dusun Pondok, Desa Tugu, Kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jateng yang tak bisa melupakan seni wayang kulit.
Bahkan Supardiyanto pulang kampung untuk menggelar hajatan dengan hiburan utama wayang kulit semalam suntuk di tanah kelahirannya. Selain untuk merayakan pernikahan anaknya, pentas wayang kulit ini tujuannya juga untuk melestarikan budaya sekaligus menghibur warga desa.
Kali ini Supardiyanto menggelar wayang kulit dengan dalang Ki Bayu Aji Pamungkas, putra dari dalang kondang Ki Anom Suroto bertempat di rumahnya, Senin (21/3/2022) dengan lakon Wahyu Cempoko Mulyo. Tak pelak warga desa berdatangan menikmati hiburan setalah dua tahun hihuran tertahan oleh pandemi covid 19.
Bahkan mereka yang menonton wayang kulit kali ini tak hanya dari warga desa setempat di Desa Tugu dan sekitarnya. Melainkan juga dari berbagai daerah lain. Masyarakat merasa terhibur dengan adanya pentas wayang di desa ini.
“Meski kami sudah 40 tahun merantau di Jakarta namun rasa cinta terhadap seni budaya wayang kulit tidak pudar maka kami menggelar pementasan wayang semalam suntuk pada acara hajatan mantu anak saya ini. Selain memeriahkan hajatan mantu anak saya, pentas wayang ini juga untuk menghibur warga serta melestarikan seni tradisi wayang kulit,’ ungkapnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (22/3/2022) dini hari di sela-sela pementasan wayang kulit di rumahnya tersebut.
Menurut Yanto, panggilan akrab Supardiyanto, seni wayang kulit itu memiliki daya tarik tersendiri dan penuh makna sehingga susah tergantikan. Maka dirinya pun merasa terpanggil untuk ikut nguri-nguri seni tradisi ini karena wayang kulit masih digemari oleh masyarakat khususnya di pedesaan.
Diakui Yanto, panggilan akrabnya bahwa dirinya sudah dua tahun sebelum terjadi pandemi covid 19 merencanakan menggelar wayang kulit namun batal karena pandemi. Kini di saat pandemi mulai mereda, nadzar menggelar wayang kulit sekaligus menghibur warga akhirnya terlaksana.
“Kami hendak menggelar wayang pada 2020 namun terjadi covid hingga akhirnya baru terlaksana malam ini,” tandasnya. Yanto sendiri bukan hanya sekali ini saja menggelar pementasan wayang kulit, melainkan juga pernah dilakukannya beberapa tahun sebelumnya.
Adapun tentang lakon wayang berjudul Wahyu Cempoko Mulyo, lanjut Yanto, memiliki makna kebaikan dan kesuksesan serta kemuliaan. Yanto pun mengucapkan terima kasih terhadap warga desa tanah kelahirannya yang guyub dan mengapresiasi pergelaran wayang tersebut pada acara hajatan pernikahan putrinya Acik Yuli Purwanti (25) dengan seorang dokter yakni Wahyu Dwi Wibowo.
Pada acara tersebut, warga desa tampak menikmati pertunjukan wayang kulit. Mereka duduk rapi di kursi yang telah disediakan maupun berjubel di halaman rumah milik Supardiyanto tersebut. Tua, muda, pria dan wanita antusias menikmati sabetan Ki Bayu Aji hingga pergelaran wayang berakhdir paginya.
Salah seorang warga mengaku senang bisa nonton wayang kulit setelah lama tak ada pementasan wayang lantaran covid-19. “Alhamdulillah ada wayangan lagi, sudah lama gak ada wayangan karena Covid. Ini jadi hiburan menyegarkan bagi warga. Matur nuwun sudah berkenan nanggap wayang sehingga warga bisa terhibur,” ungkap beberapa warga yang menonton.
Dalang, Ki Bayu Aji Pamungkas juga menyampaikan kegembiraannya bahwa pertunjukan wayang sudah mulai aktif kembali khususnya di Karanganyar karena setelah hampir dua tahun pertunjukan ini vacum lantaran covid. Padahal wayang adalah hiburan yang sangat dinanti oleh masyarakat khususnya di pedesaan. “Terima kasih untuk keluarga Bapak Supardiyanto yang sudah meluangkan wayangan sehingga bisa menjadi tontonan dan tuntunan bagi masyarakat. Mugi-mugi berkah, makin lancar rezekinya serta pengantin berdua lekas dapat momongan,” ungkapnya dalam bahasa jawa saat mendalang. (Beni Indra)