SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Insiden kecelakaan maut yang merenggut nyawa kakak beradik asal Bedoro, Sambungmacan, Sragen di perlintasan sebidang Jalan Pahlawan Bulak Kapal, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Kamis (24/3/2022) siang, menguak cerita memilukan.
Salah satu korban tewas, Agus Amirudin (31) warga Dukuh Pucang RT 02/06, Desa Bedoro, Kecamatan Sambung macan, Sragen ternyata diketahui sempat membuat video dirinya menyanyi pakai gitar.
Video itu dibuat beberapa saat sebelum kejadian kecelakaan yang menewaskan Agus bersama adik kandungnya, Tri Ibnu Aji Wijaya (18) siang tadi.
Yang menyesakkan, dalam video berdurasi 30 detik itu, Agus menyanyikan lagu yang lagi naik daun “Bukan Jodohnya”.
Dalam video itu, Agus dengan fasih menyanyikan penggalan lagu dengan lirik “Aku Titipkan Dia.. Lanjutkan Perjuangan Untuknya. Bahagiakan Dia, Kau Sayangi Dia, Seperti Ku Menyayanginya”..
“Iya, sebelum kejadian, almarhum Agus, sang kakak, sempat membuat video dia menyanyi. Lagunya Bukan Jodohnya,” ujar Kades Bedoro, Pri Hartono kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Kamis (24/3/2022) malam.
Jika mendengar lirik yang dinyanyikan, lagu bergenre sedih itu memang seolah menjadi firasat.
Agus sendiri meninggalkan seorang istri dan dua anaknya yang masih kecil-kecil.
Tidak hanya itu, Agus juga diketahui barusaja membangun rumahnya di kampung halaman.
Rumah itu dibangun dari hasil jerih payahnya merantau di Bekasi sebagai florist atau tukang karangan bunga. Setelah sukses, ia mengajak adiknya untuk ikut bekerja membantu usahanya di Bekasi.
“Yang besar (kakaknya) itu sudah berkeluarga, anaknya dua masih kecil-kecil. Dia termasuk sukses dan pekerja keras. Sebenarnya barusaja selesai bangun rumah. Nah kemudian mengajak adiknya si Tri Aji itu yang baru lulus sekolah, untuk ikut kerja di sana,” papar
Kades.
Lebih lanjut, Pri Hartono menuturkan kabar duka itu langsung mengejutkan pihak keluarga. Saat kejadian, kedua kakak beradik itu kebetulan menumpang satu bajaj.
Keduanya meninggal di lokasi kejadian setelah bajaj yang ditumpangi tertabrak kereta api yang melintas di perlintasan tanpa palang pintu di Bekasi.
“Rencananya jenazah nanti akan langsung dimakamkan. Jadi begitu tiba, akan disalatkan dan dibawa ke rumah duka sebelum dimakamkan. Diperkirakan jam 24.00 atau jam 12 malam sampai sini. Ini masih dilakukan persiapan untuk menyambut kedatangan jenazah dan pemakaman,” jelas Pri Hartono.
Kedua kakak beradik itu tewas seketika setelah kendaraan bajaj yang ditumpangi hancur ditabrak KRL dari arah Jakarta menuju Jawa Barat pukul 12.30 siang tadi.
Sopir bajaj tersebut diduga nekat menerobos perlintasan saat kereta api hendak melintas. Ironisnya, sopir bajaj bernomor plat B-2640-VN justru dilaporkan berhasil selamat.
Data di lokasi kejadian menyebutkan, Johan (42) sang penjaga perlintasan sebidang mengatakan, lalu lintas saat kejadian sebenarnya ramai lancar.
Kecelakaan bermula ketika bajaj berwarna biru B-2640-VN berpenumpang 2 orang itu melaju dari arah Bulak Kapal menuju Perumnas 3 Bekasi Timur.
Pada saat bersamaan kereta api Argo dari arah Jakarta menuju Jabar itu kemudian melintas. Karena jarak sangat dekat, kereta tanpa ampun menabrak bajaj tersebut.
“Sudah (diperingatin), sudah pada berhenti motor semua, dia (bajaj) nerobos dari pinggir,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi angkutan bajaj berisi penumpang dua orang berjenis kelamin laki-laki dan membawa barang berupa logistik karangan bunga.
“Dua yang mati, laki-laki semua langsung mati pas ketabrak,” ujarnya.
Pengurus lingkungan setempat Ahmadin Amin mengatakan, korban dua orang penumpang langsung dievakuasi. Sedangkan sopir bajaj dilaporkan selamat.
Sopir bajaj itu kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Sentosa Bekasi Timur.
“Sopir selamat luka dibawa ke Sentosa (Rumah Sakit), penumpang dua orang tewas laki-laki semua,” kata Amin.
Perlintasan sebidang Bulak Kapal merupakan akses lalu lintas ramai, kecelakaan kereta api dengan kendaraan motor maupun mobil kerap terjadi.
Ironisnya, perlintasan sebidang yang ramai lalu lintas kendaraan ini tidak dilengkapi dengan palang pintu sehingga rawan terjadi kecelakaan.
Perlintasan hanya dijaga petugas swasta dari swadaya masyarakat setempat, tidak ada petugas resmi yang memonitor perlintasan tersebut.
Hal itu menimbulkan kerawanan tersendiri lantaran terkadang kedatangan kereta tidak terpantau. (Wardoyo)
Berikut Videonya;
[videopress qfvrykKe]