SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pandemi Covid-19 benar-benar menjadi mimpi buruk bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Pembatasan kegiatan yang berlangsung hampir dua tahun lebih memberi tekanan dan himpitan ekonomi luar biasa bagi warga kelas bawah.
Efek pandemi pula yang belakangan disebut memiliki benang merah memicu terjadinya aksi gantung diri bapak dan anak, Arifin (40) dan putrinya, Saqilla Love Afilah Sungkar (5) asal Grasak, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Sragen, Jumat (6/5/2022).
Ketua RW setempat, Bambang Widjo Purwanto mengungkapkan kematian tragis Arifin dan putrinya memang sedikit banyak tak lepas dari efek pandemi Covid-19.
Sebab gegara pandemi, Arifin yang memiliki 2 anak dari rumah tangganya, sempat mengalami guncangan ekonomi lantaran kehilangan pekerjaan.
“Awalnya dia kerja ikut di pasar malam keliling. Semenjak pandemi dan kerumunan dilarang, praktis pasar malam kelilingnya nggak jalan dan nggak bisa kerja,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Sabtu (7/5/2022).
Bambang menuturkan usai terhempas karena ladang pencahariannya berhenti total, Arifin sempat berusaha bangkit dengan memanfaatkan momentum pandemi.
Arifin berjualan masker di dekat palang kereta api Gondang. Bertahan beberapa bulan, pekerjaan dadakan itu pun akhirnya perlahan tak lagi bisa diandalkan seiring pandemi yang mulai melandai.
“Akhirnya dia nggak kerja lagi. Dulu sempat ngontrak rumah, akhirnya balik dan tinggal ngurusi rumah orangtuanya di Grasak RT 43. Efek tekanan ekonomi itu pula yang mungkin membuat sang istri akhirnya nekat memutuskan kerja di luar negeri (Singapura) sebagai TKW. Istrinya baru sekitar dua bulan berangkat,” urai Bambang.
Arifin dianugerahi dua anak dari rumahtangganya. Satu anaknya sudah berusia belasan tahun dan ikut orangtuanya.
Sedang anak yang kedua, Saqilla (5) diasuhnya sendiri. Nahas, Saqilla yang masih hijau dan belum tahu apa-apa, justru harus menjadi korban dan ikut diajak gantung diri oleh bapaknya.
“Ini yang mestinya jadi perhatian pemerintah. Bahwa efek dahsyat pandemi 2 tahun benar-benar memukul warga tingkat bawah. Banyak yang kehilangan pekerjaan, kemudian mengalami himpitan ekonomi yang begitu berat,” terangnya.
Meski demikian, Bambang menyebut kisah tragis Arifin memang sempat membuat warga lain sangat terpukul.
Mereka tak mengira, bapak muda itu nekat melakukan jalan pintas. Padahal kesehariannya dikenal baik di mata masyarakat.
“Iya, almarhum sehari-hari juga dikenal baik di mata masyarakat. Tidak ada gelagat atau tanda apapun sebelum kejadian,” imbuh Kades Gondang, Warsito.
Kapolsek Gondang, AKP Sudarmaji membenarkan riwayat korban memang sempat berjualan masker di pinggir jalan dekat Palang Kereta Api Gondang.
Mengenai dugaan karena depresi faktor ekonomi, ia belum bisa memastikan.
“Kalau soal penyebabnya kami belum tahu. Yang jelas korban sempat kerja jualan masker di pinggir palang. Hari-hari sebelumnya juga biasa saja layaknya warga lain. Nggak ada tanda depresi atau keluhan apa-apa,” tandasnya. Wardoyo