SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —Sebagai kawasan cagar budaya sekaligus sebagai obyek wisata, momen libur Hari Raya Idul Fitri jadi momen yang tepat untuk meningkatkan kepariwisataan di Pura Mangkunegaran setelah 2 tahun vakum karena pandemi.
Beberapa acara pun telah dipersiapkan, mulai dari pameran foto dengan tema pengukuhan, display kereta kencana yang sempat dipakai oleh Sri Paduka Mangkunegara VII dan ada juga workshop menari gaya Mangkunegaran yang disiapkan oleh Kemantren Langenpraja Pura Mangkunegaran.
Workshop menari ini dapat dinikmati pengunjung mulai dari tanggal 30 April sampai 8 Mei. Terbagi dalam 2 sesi, sesi pertama pukul 10.00-11.00 dan sesi kedua pukul 13.00-14.00. Untuk biaya sekali workshop sebesar Rp 100.000 ditambah dengan tiket masuk Pura Mangkunegaran Rp 20.000 jadi total Rp 120.000.
“Jadi dengan adanya momen liburan hari raya ini Mangkunegaran menyelenggarakan selain kegiatan rutin dalam arti obyek wisata untuk selama liburan itu. Ada juga tambahan konten konten yang ada di pura mangkunegaran selama libur lebaran ini. Pura Mangkunegaran hanya akan libur 1 hari di hari H lebaran, setelahnya buka seperti biasa,” ungkap Joko Pramudya, pengageng pariwisata Pura Mangkunegaran.
Ditambahkan Joko, diharapkan dengan adanya workshop menari tersebut para pengunjung bisa merasakan gerakan dasar dasar khas Mangkunegaran. Dengan pembina Gusti Raden Ajeng Ansila.
“Pura Mangkunegaran dengan Kemantren Langen Praja bareng-bareng bekerja sama dengan Dinas Pariwisata kita mengembangkan kepariwisataan seni budaya yang ada di Mangkunegaran. Tentunya di bawah langsung Sri Paduka Mangkunegara X,” paparnya.
Sementara itu menurut Rosini, Penari Senior di Pura Mangkunegaran, para pengunjung akan diajarkan tari Gambyong Retno Kusuma. Sebuah tarian yang berasal dari Mangkunegaran asli, sejak tahun 1955.
“Mengingat pesertanya itu kebanyakan belum pernah menari atau sudah pernah menari tapi sudah lama gak menari, maka nanti akan kami ajarkan dasar dasarnya dulu, cara berdiri, cara jengkeng. Kemudian cara berjalan srisik, cara seblak sampur itu dulu,” jelas Rosini.
Mengingat juga waktu workshopnya yang sangat terbatas, para pengunjung dapat mengikuti latihan menari tersebut di lain hari untuk memperdalam tarian.
“Untuk 1 kelompok tari bisa 10 orang dan karena waktunya itu sangat singkat untuk suatu tari. Maka nanti semampunya saja sesampainya saja, bisa lain kali atau kapan lagi ikut lagi atau bahkan kalau rumahnya di Solo bisa ikut latihan hari Senin atau Sabtu sore di sini untuk memperdalam,” imbuhnya.
Tari Gambyong Retno Kusuma sendiri sebelumnya telah ada sejak jaman Mangkunegara I. Tarian bahkan sering ditarikan oleh para abdi dalem pura, dan akhir-akhir ini diajarkan kepada masyarakat umum.
Salah satu pengunjung asal bekasi, Setya Kusuma Hapsari (14) ditemui usai latihan menari dirinya mengaku ingin mengetahui lebih detail tentang tarian khas Mangkunegaran tersebut.
“Saya pengen tau lebih detail, karena juga kalau disinikan kaya tempat asalnya pasti bakal lebih detail dari yang kita pelajari dari tempat lain,” ungkap Setya Kusuma Hapsari. (Ando)