WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri menjadi bukti kuatnya kerukunan antar umat beragama.
Fakta ini bisa dilihat dari sejumlah hal yang ada di Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo.
Di antaranya ada tiga tempat ibadah di Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo, yakni Masjid Al Fajr, Wihara Maitriratna, dan Gereja Katolik Santo Petrus. Ketiganya berlokasi berdekatan.
Pun masyarakat hidup berdampingan tanpa ada gesekan dan bibit konflik.
Ketika ada perayaan keagamaan,umat lainnya akan membantu baik dari sisi keamanan maupun parkir dan lainnya.
Juga ada arisan rutin dengan beranggotakan para tokoh lintas agama. Ada pula kegiatan olahraga dan sosial lain yang dikerjakan secara bergotongroyong.
Termasuk pula kerja bakti para pemuda secara bergiliran di ketiga tempat ibadah.
Selain itu banyak dijumpai dalam satu rumah ada dua atau tiga agama yang dianut anggota keluarga.
Kepala Desa atau Kades Gedongrejo Untung Suharin menambahkan, toleransi tak hanya antar tetangga, namun juga di dalam kepala keluarga (KK).
“Keberagaman agama di sini memang sudah lama. Rasa toleransi antaragama pun tinggi. Banyak ditemui dalam satu keluarga itu beda agama. Bahkan ada suami istri beda agama. Dulu menikahnya lewat salah satu agama,” kata Kades Gedongrejo Untung Suharin, Selasa (28/6/2022).
Hal senada diutarakan Lina Kristiani, salah satu pemeluk agama Katolik di Desa Gedongrejo. Ia mengaku di dalam keluarganya agama yang dianut berbeda-beda. Kedua orang tuanya menganut Budha, ia dan suaminya Katolik, lalu adiknya beragama Islam.
“Misal Natal ya ikut Natalan, kalau Lebaran ikut lebaran. Sama juga pas Waisak ikut merayakan Waisak. Tapi, paling meriah pas Lebaran. Kami meski ndak Islam, ikut anjangsana ke rumah-rumah warga,” tandas Lina.
Latar belakang banyaknya warga di Bedug yang anggota keluarganya memiliki agama berbeda-beda dijelaskan oleh Ketua Wihara Maitriratna Dusun Bedug Sutino.
Ia menceritakan Buddha di Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri sekitar 1965, dari 265 KK yang ada di Gedangrejo, hampir setengah dari warganya menganut Buddha. Namun, sekitar 1980-1985 jumlah penganut Buddha mulai menurun.
“Jumlahnya (penganut Buddha) menurun karena faktor pernikahan. Dulu saat nikah banyak yang pindah agama menjadi Islam, karena ada faktor pencatatan sipil,” kata Sutino.
Tokoh Katolik Dusun Bedug, Paulinus Kardi, mengaku sebelum menjadi Katolik, ia menganut Buddha. Ia pindah agama karena pernikahan. Saat kecil, sekolah SD hingga SMP masih menganut Buddha.
“Faktor utama itu memang administrasi pernikahan. Dulu administrasi atau pencatatan nikah di Buddha belum semudah sekarang, masih susah. Sementara kan kita butuh akte, surat nikah dan lain-lain. Ya dulu yang mudah mengurus administrasi Islam dan Katolik. Tapi sekarang Buddha juga sudah mudah,” kata Kardi.
Diwartakan sebelumnya, Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri, merupakan bukti kuatnya kerukunan antar umat beragama.
Bayangkan, ada tiga pemeluk agama berbeda di Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri. Bahkan kerap dijumpai dalam satu rumah ada dua bahkan tiga agama sekaligus yang dipeluk para anggota keluarganya.
Menariknya lagi, semua pemeluk agama hidup rukun dan berdampingan. Tak pernah ada gesekan atau bibit perpecahan, semuanya melebur dalam keharmonisan masyarakat maupun parangkat dan aparat.
Kondisi di Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri itu sudah berlangsung puluhan tahun. Hingga kini tetap terjaga malah bisa dikatakan semakin kuat kerukunan antar umat beragama di sana.
Sejumlah awak media yang bertugas di Wonogiri, termasuk JOGLOSEMARNEWS.COM , berkunjung langsung ke Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri pada Selasa (28/6/2022).
Untuk diketahui bahwa Dusun Bedug Desa Gedongrejo Kecamatan Giriwoyo Wonogiri merupakan salah satu daerah di Wonogiri yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan Jatim. Aris Arianto