SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kerjasama yang dijalin PDAM atau Perumda Air Minum Tirtonegoro Sragen dengan NV Oasen Belanda dinilai efektif menekan angka kebocoran atau non revenue water (NRW).
Sejak bekerjasama tahun 2017, hingga 2022 ini angka kebocoran PDAM Sragen bisa menurun dari 38 persen menjadi 30,9 persen.
Hal itu terungkap dari hasil evaluasi pekan ketiga pendampingan kerjasama yang dilakukan tim Oasen di Perumda Air Minum Tirtonegoro Sragen, Jumat (24/6/2022).
Ada tiga delegasi Oasen yang diterjunkan memberikan pendampingan khusus perihal distribusi air dan NRW selama sepekan terakhir.
Mereka adalah Henk Van Brenk sebagai Coach Water Distribution, Rob Hoffman sebagai Coach Water Distribution bersama Pieter Cusell sebagai Coordinator WaterWorx.
Ditemui usai rapat evaluasi di PDAM Sragen, Hank mengaku ditugaskan untuk memberikan pendampingan bagaimana mencari dan menekan angka kebocoran air di PDAM Sragen.
Menurutnya hasil tinjauan ke lapangan, kebocoran di PDAM Sragen lebih dikarenakan kondisi perpisahan yang sudah tua dan melampaui usia pemakaian.
“Saya sudah 11 kali ke Perumda atau PDAM Sragen. Kami di sini membantu mencari kebocoran. Kalau hasil pengamatan di lapangan, masih banyak pipa-pipa yang usianya sudah tua. Perlu diganti untuk menurunkan kebocoran. Tapi memang butuh investasi yang besar,” paparnya.
Meski demikian, ia mengapresiasi progres yang sudah dicapai PDAM Sragen sejak menggandeng Oasen.
Salah satunya pemasangan pipa jaringan distribusi ke sambungan rumah (SR) pelanggan yang dulu PVC kini sudah diganti dengan pipa HDPE.
Pemakaian pipa jenis HDPE dinilai berkontribusi meminimalisasi tingkat kebocoran air. Dalam kesempatan itu, ia tak lupa mengapresiasi semangat tim di PDAM Sragen dalam menekan angka kebocoran sekalipun dengan alat yang tak secanggih di Belanda.
“Di negeri kami, memang punya alat-alat canggih. Tapi di sini (Sragen), kita juga belajar etos kerja tim sangat bagus. Dengan alat-alat sederhana, juga bisa melakukannya,” ujarnya.
Sementara, Rob Hoffman yang baru kali pertama ke Sragen menilai progress di PDAM lebih bagus dan profesional dibanding kerjasama yang pernah ditanganinya di Afrika.
Ia juga terkesan dengan keramahtamahan dan motivasi besar yang ditunjukkan jajaran PDAM Sragen terutama dalam menekan kebocoran di lapangan.
“Pernah Rabu kemarin, kami ikut bersama tim PDAM mencari kebocoran sampai jam 21.00 WIB malam dan kita tetap semangat. Saya sangat terkesan,” ujarnya.
Perubahan Besar
Pimpinan tim, Pieter Cusell menambahkan pihaknya melihat PDAM Sragen sudah menunjukkan perubahan besar sejak kerjasama yang dibangun tahun 2017 dengan Oasen.
Ia bahkan menilai PDAM Sragen sudah layak untuk menjadi rujukan belajar bagi PDAM daerah lain. Kerjasama ini juga mendapat apresiasi positif dadi Perpamsi pusat saat Oasen diundang hadir di Jakarta kemarin.
“Hari ini kami juga akan bertemu dengan Perpamsi Jateng untuk memberitahu kerjasama ini. Misinya untuk menggandeng Perpamsi agar ke depan bisa merintis pusat pelatihan di Jateng. Nah, nanti Perumda PDAM Sragen bisa mendukung trainer atau pelatihnya,” ujarnya.
Ketua Tim Kerjasama PDAM Sragen dengan Oasen, Samuel Rudhianto menyampaikan sejak bekerjasama mulai 2017, sampai saat ini angka kebocoran PDAM Sragen mengalami penurunan signifikan.
“Dulu awal kita masuk, NRW di kisaran 38, sekarang di angka 30,9. Turunnya cukup signifikan,” ujarnya.
Untuk menekan NRW, memang tidak mudah. Dibutuhkan biaya besar terutama untuk meremajakan pipa jaringan yang sebagian sudah berusia tua.
Meski demikian, melalui kerjasama dengan Oasen, setidaknya sudah bisa mengetahui problem utama dan solusi yang harus ditempuh guna menekan NRW.
“Secara umum sudah ada beberapa perbaikan. Karena untuk menekan kebocoran sampai 6 persen di Belanda itu butuh 50 tahun. Kemudian buruh investasi besar juga untuk mengganti pipa-pipa. Makanya kita sesuaikan tahap demi tahap menyesuaikan kemampuan anggaran,” imbuhnya.
Samuel yang juga Direktur Teknik itu menambahkan dengan penurunan sekitar 8 persen kebocoran, setidaknya sudah banyak berkontribusi meningkatkan pendapatan air dan perusahaan.
“Sebenarnya di beberapa unit kita yang ditangani Oasen, sudah bisa di bawah 20 persen NRW. Seperti di Mojokerto dan Sidoharjo, tapi secara keseluruhan masih di angka 30 persen. Karena yang di wilayah Sragen masih relatif agak tinggi,” tandasnya. Wardoyo