Site icon JOGLOSEMAR NEWS

SMPN 3 Sragen Perpanjang Rekor Buruk, Jadi Satu-Satunya SMPN di Kota yang Gagal Penuhi Kuota Siswa Baru. Ada Apa Gerangan?

Wajah baru SMPN 3 Sragen yang kini dilengkapi lapangan multiguna. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ajaran 2022/2023 kembali menjadi mimpi buruk bagi SMP Negeri 3 Sragen.

Setelah tahun 2022, SMPN itu kembali gagal memenuhi kuota siswa baru yang disediakan tahun ini.

Kegagalan itu memperpanjang catatan buruk SMPN tersebut karena menjadi satu-satunya SMP berlabel negeri di wilayah Sragen Kota yang kuotanya gagal terpenuhi.

Berdasarkan rekapitulasi akhir hasil seleksi PPDB Online 2022/2023, SMPN yang berlokasi di Canthel Kulon itu hanya mampu meraih 159 siswa baru.

Jumlah itu jauh di bawah kuota kursi yang tersedia yakni 224. Raihan tahun ini bahkan lebih buruk dari tahun 2021 lalu.

Pada PPDB online tahun lalu, SMPN 3 Sragen masih meraup 206 siswa baru dari 224 kuota yang tersedia.

Apa yang menimpa SMPN 3 Sragen ini juga anomali di tengah animo siswa yang berebut masuk ke SMPN di wilayah kota.

Yang menyesakkan, saat SMPN tersebut kekurangan siswa, sekolah lain dengan nomor di bawahnya yakni SMPN 1, 2, 4, 5 dan 6, justru menolak-nolak calon siswa baru karena kuota sudah penuh.

Fakta itu pun menjadi perhatian khusus dinas pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) setempat.

Kabid Pembinaan SMP Disdikbud Sragen, Sukisno tak menampik hasil PPDB di SMPN 3 Sragen yang kembali gagal memenuhi kuota tahun ini.

Menurutnya ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicu sepinya pendaftar ke SMPN tersebut.

“Ini memang jadi PR berat. Sebenarnya sudah kami evaluasi sebelum PPDB, tapi memang hasilnya masih seperti itu. Dari aspek zonasi, lokasi SMPN 3 Sragen ini perlu dievaluasi. Karena tidak di pinggiran kota, juga tidak di tengah. Sehingga mungkin orangtua jadi takut mendaftar lewat zonasi, takut tidak masuk. Sehingga mereka memilih mendaftar ke SMPN 3 pakai jalur prestasi. Karena faktanya kuota jalur prestasinya penuh, tapi jalur zonasinya banyak kosong,” ujarnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (28/6/2022).

Ia menguraikan, dari sisi lokasi, SMPN 3 Sragen memang seolah berada di persimpangan.

Sebab di wilayah Sragen Kulon sendiri ada SMPN 1, SMPN 6 dan SMPN 5 yang secara jarak lebih dekat duluan oleh siswa yang di sekitar kota.

Kemudian, siswa yang jaraknya lebih jauh dari pusat kota, juga takut tidak diterima ketika memilih jalur zonasi ke SMPN 3.

“Zonasi untuk SMPN 3 sebenarnya sudah diperluas dan dari daerah-daerah kita buka bisa masuk. Tapi ternyata yang jauh juga nggak berani masuk SMPN 3, takut nggak keterima,” jelasnya.

Karenanya ia berharap ini menjadi evaluasi bagi sekolah setempat. Bagaimana agar fenomena kekurangan siswa itu tak terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.

“Iya, akhirnya SMPN 3 jadi SMPN di kota yang tak bisa terpenuhi kuotanya,” imbuhnya. Wardoyo

Exit mobile version