JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Proyek Masela bakal memiliki nilai strategis, terutama pasca perang Ukraina-Rusia, serta karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7.
Hal itu merupakan salah satu bahasan yang mengemuka dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dengan Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) yang baru, Nobumitsu Hayashi di Hotel Imperial Tokyo, Jepang, Senin (25/7/2022).
Menurut Menko Airlangga, gas memang menjadi sangat penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku ammonia, pupuk dan gas juga bisa digunakan membangun methanol, yaitu salah satu blending untuk biofuel.
“Nilai investasi proyek ini bahkan mencapai US$19,85 miliar,” ujar Menko Airlangga, sebagaimana dikutip dalam rilis ke Joglosemarnews.
Namun demikian, jelas Airlangga, proyek tersebut mempunyai tantangan ke depan, yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi dan perubahan industri hulu migas, sehingga perlu dievaluasi dan diidentifikasi ulang mengenai ruang lingkup proyeknya.
Dalam pertemuan tersebut, Menko Airlangga didampingi oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dan Sesmenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso.
Pertemuan selama hampir 2 jam itu berlangsung dengan pembahasan yang lebih fokus kepada berbagai proyek JBIC yang ada di Indonesia.
Pada awal sesi, Menko Airlangga menyampaikan bahwa JBIC berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia sebagai sumber pendanaan maupun penasihat dalam berbagai proyek infrastruktur.
JBIC setiap tahun membuat survei atas perusahaan manufaktur Jepang yang melakukan bisnis di luar Jepang (Survey on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies).
Seperti kita ketahui pada survei tahun 2021, dari Daftar Promising Countries for Overseas Business, yang kurang hanya publiksi ujar.
Kena itluah dia saat di peringkat ke-6 atau di bawah Vietnam dan Thailand. Karena itulah, melalui pertemuan tersebut, Indonesia menginginkan posisi yang lebih tinggi.
“Indonesia ingin lebih tinggi dari Vietnam dan Thailand, inilah alasan utama kenapa kami menemui JBIC di Tokyo,” ungkap Menko Airlangga.
Menurut Menko Airlangga, JBIC memiliki spesialisasi, yang salah satunya adalah pembiayaan di sektor energi.
“Beberapa proyek infrastruktur utama seperti Pembangkit Listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1, dan pembangkit panas bumi Sarula dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh. Proyek-proyek ini menyediakan sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Menko Airlangga.
Dia menambahkan, bahwa fokus Indonesia untuk dua tahun ke depan adalah memulihkan ekonomi dan kembali mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dan berkelanjutan, yang salah satunya didukung oleh ketersediaan infrastruktur energi.
Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkret untuk melaksanakan transisi energi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) pengurangan emisi karbon 29% pada 2030.
Pemerintah Jepang juga telah melakukan banyak kolaborasi dengan Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Salah satunya melalui skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Skema ini juga sedang dipertimbangkan sebagai bagian dalam kerja sama pendanaan JBIC dengan Indonesia dalam program transisi energi.
Gubernur JBIC Hayashi menilai bahwa Indonesia negara sangat strategis dan merupakan customer JBIC terpenting.
“Karena itu saya sangat berbahagia bisa bertemu langsung dengan Menko Airlangga dan Menteri Agus. Dukungan JBIC di bidang energi dengan mendukung listrik 11,6 GW yang sangat membantu pembangunan ekonomi Indonesia,” paparnya.
Selain membahas mengenai energi, pertemuan juga membahas pengembangan sektor otomotif di Indonesia.
Di Indonesia, hampir 90% prinsipalnya berasal dari Jepang dan JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.
“Kami mendukung investasi perusahaan Jepang di sektor manufaktur terutama di sektor otomotif, karena dengan dukungan kuat Pemerintah RI selama ini, otomotif Jepang menjadi sangat dicintai di Indonesia bahkan melebihi di Jepang sendiri. JBIC akan lebih mendorong peningkatan nilai dari investasi yang sudah ada,” terang Gubernur Hayashi.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang berharap agar ada proyek-proyek industri manufaktur yang besar di Indonesia dapat didukung oleh JBIC.
Gubernur Hayashi pun menyambut baik harapan Menteri Agus dan menjanjikan akan terus mendukung investasi perusahaan Jepang di industri manufaktur, khususnya sektor otomotif.
Menko Airlangga juga menyampaikan harapan agar JBIC juga mendorong investasi di sektor lain yang sangat potensial, terutama sejak masa pandemi dan krisis global ini, yaitu sektor kesehatan (medical) dan sektor pangan (food).
“Sektor Kesehatan sudah mengembangkan layanan Kesehatan di KEK (Kawasan Ekonomi Khusus), yaitu di KEK Kesehatan di Sanur Bali. Di KEK boleh melakukan penelitian clinical-trial dan memungkinkan Dokter Asing untuk bisa praktek,” terang Menko Airlangga.
Di kesempatan itu pula, Menko Airlangga mengingatkan, sejalan dengan terjadinya krisis global yang salah satunya di bidang pangan dan pupuk, maka dia pun mengundang JBIC untuk membiayai.
Gubernur Hayashi menerangkan, JBIC sangat mendukung tawaran investasi di bidang pangan dan pupuk, seiring meningkatnya jumlah populasi penduduk, kebutuhan pangan juga akan terus meningkat.
“Namun pangan dan pupuk ini memerlukan supply chain yang baik. JBIC akan sangat mendukung investasi baru di pangan dan pupuk,” ujarnya.
Menteri Agus menambahkan bahwa pada September 2022 akan ada acara Business Forum yang mengulas Industri Farmasi, sehingga dia mengundang JBIC untuk berpartisipasi.
Dalam penutupnya Menko Airlangga mengucapkan terima kasih, di mana proyek-proyek utama di Indonesia akan menjadi prioritas bagi JBIC.
“Indonesia yang mempunyai populasi dan ukuran ekonomi terbesar di kawasan sangat tepat untuk menjadi prioritas utama JBIC,” pungkasnya. Suhamdani