MAGELANG, JOGLOSEMARNEWS.COM -UNESCO merupakan organisasi internasional yang bergerak di bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan belum lama ini telah hadir di SD Kanisius Kenalan.
Rombongan UNESCO hadir menyapa para siswa di sekolah yang terletak di lereng Gunung Menoreh kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Apa yang disaksikan di SD Kenalan ini menjadi salah satu elemen penting dalam kolaborasi sektor pendidikan dan kebudayaan.
Kegiatan ini jadi wujud nyata yang ditempuh dari berbagai pihak, yakni IGCN, KUPUKU Indonesia, Jabar Masagi, Sound of Borobudur, serta UNESCO.
Trie Utami hadir mewakili Sound of Borobudur mendampingi kunjungan dari perwakilan UNESCO di SD Kenalan.
Untuk diketahui, Trie Utami merupakan penggagas utama Sound of Borobudur yang merupakan ‘Gerakan Kebangsaan’ melalui bidang budaya.
Dalam keterangan tertulisnya, Trie Utami menyampaikan, ada apa di SD Kenalan? Kenapa UNESCO merasa perlu untuk datang dan mengunjungi sekolah yang berada di perbukitan Menoreh Borobudur itu?.
“Ketika dunia tersadar bahwa sistem pendidikan berbasis STEM tidak menjadikan dunia sebagai tempat hidup yang lebih baik,” papar Trie Utami yang akrab disapa Iie.
“Perang, korupsi, kelaparan, kemiskinan, eksploitasi alam dan berbagai masalah, menjadi realita dunia saat ini. Karena pendidikan berbasis budaya dan kemanusiaan, terpinggirkan, ditinggalkan dan tidak dianggap penting,” urai dia.
Nun jauh di perbukitan Menoreh, menurut Iie, SD Kenalan justru melakukan suatu proses pendidikan yang dapat menjadi contoh bagi dunia. Sebuah tawaran nyata yang bisa menjadi solusi global.
“UNESCO berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung, bagaimana sebuah proses pendidikan yang memiliki kontrak sosial,” jelas dia.
“Ruang pendidikan dibuka, tak hanya di ruang kelas, lingkungan dan masyarakat menjadi bagian dari rangkaian proses pembelajaran,” imbuh dia.
Trie Utami juga memaparkan, anak-anak belajar mengenal landscape dimana mereka hidup dan tinggal. Peserta didik diajak untuk peka terhadap alam, belajar menengarai lingkungan: hutan – sumber air – pohon dan cara alam bekerja.
Anak-anak diajak untuk mengenal pasar, berkenalan dengan masalah sosial, peka terhadap sistem kemasyarakatan dan belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. Mereka menjadi lebih perduli terhadap lingkungan tempat mereka hidup dan berkehidupan.
“SD Kenalan mendidik anak-anak mengenal tahapan hidup, mulai dari Landscape – Lifescape – Cultural Scape (Bentang Alam – Bentang Kehidupan – Bentang Budaya),” kata Trie Utami.
Dijelaskan lebih detail, dari model pendidikan semacam itulah akan lahir manusia yang beradab – berbudaya dan berketuhanan.
“Mereka yang akan menjadi pelopor, pengampu dan tauladan kehidupan. Cerdas dalam bidang sains dan teknologi, cerdas secara sosial dan cerdas berbudaya,” kata dia.
“Mereka tak hanya pandai mengukur tingkat keasaman sumber air desa, namun peka terhadap orang-orang tua namun gembira bermain musik sambil menari dan tertawa bahagia,” kata dia.
Trie Utami menambahkan, pekerjaan besar ini dilakukan secara intensif dan sistemik selama belasan tahun, dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang gigih dan rendah hati, Yosef Onesimus Maryono, atau Pak Simus.
Trie Utami juga menyampaikan, tanpa keuletannya, mustahil sistem pendidikan di SD Kenalan dapat menjadi contoh proses belajar yang berbudaya dan memiliki kontrak sosial dengan masyarakat dan kontrak moral dengan lingkungan.
“Apa yang disaksikan di SD Kenalan, menjadi salah satu elemen penting dalam kolaborasi pendidikan dan kebudayaan yang akan ditempuh oleh IGCN, Kupuku Indonesia, Jabar Masagi, Sound of Borobudur, bersama dengan UNESCO,” jelas dia.
Trie menambahkan, adalah hal yang sangat penting untuk segera dikerjakan bersama. Kupuku Indonesia sebagai organisasi yang perduli pada pendidikan, berkolaborasi dengan Sound of Borobudur melalui musik dan kebudayaan, berusaha menciptakan individu yang cerdas, berkarakter, memiliki integritas moral dan sosial.
“Dengan adanya kolaborasi ini, kita melihat bagaimana pengetahuan dan pembelajaran dapat membentuk masa depan manusia dan planet ini. Kami yakin, bahwa pendidikan yang sedang berlangsung, lebih dari sekedar menanggapi dunia yang terus menerus berubah,” tandas Trie Utami. Satria