SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM –
Aksi penipuan berkedok kerjasama investasi spare part yang menyasar puluhan pejabat hingga petinggi TNI/Polri di Sragen, terus menguak fakta baru.
Dari deretan pejabat daerah dan petinggi TNI/Polri yang menjadi korban, belakangan mencuat ada satu nama dari korps TNI yang mengalami kerugian cukup besar.
Pejabat TNI yang kini sudah menjadi perwira dan berpangkat Letkol itu, disebut ikut menanam modal hingga Rp 2 miliar.
Pejabat itu dikabarkan kini bertugas di luar Jawa. Menurut beberapa korban baik pejabat atau pengusaha di Sragen, perwira tersebut ikut tergiur investasi tersebut saat masih bertugas di sekitar Sragen pada kurun 2015-2016.
“Sekarang bertugas di luar Jawa. Kena banyak juga, hampir Rp 2 miliar. Dulu ikutnya juga kebawa teman dekat yang sudah lebih dulu gabung. Kebetulan juga kenal dekat dengan pelaku, jadi mungkin enggak curiga,” ujar R, salah satu korban di Sragen, Rabu (20/7/2022).
Selain perwira TNI itu, ada sejumlah mantan pejabat TNI yang sempat bertugas di Sragen pada kurun itu, juga turut masuk daftar korban.
Namun nominal investasinya di kisaran ratusan juta tak sampai angka Rp 1 miliar. Sebagian memang sudah menerima bagi hasil, namun pokok modal yang disetor juga masih ambyar belum terbayar.
Sebelumnya, juga terungkap deretan mantan pejabat tinggi di korps Polri Sragen yang juga masuk daftar menjadi korban.
Bahkan ada salah satu mantan perwira berpangkat Kompol yang kemudian pindah tugas ke Polda Jateng, yang sampai menjual rumah untuk agunan pinjaman ke bank.
Perwira yang kini dikabarkan sudah purna tugas itu diketahui ikut menyetor modal di kisaran Rp 2 miliar.
“Saya tahu sendiri, karena dulu waktu nagih kita bareng. Bahkan kadang sampai marah karena nagih nggak dibayar-bayar,” imbuh R, pengusaha di Sragen yang juga jadi korban dan menyetor hampir Rp 3,7 miliar.
Kronologi Penipuan
Data yang dihimpun, kasus penipuan itu terjadi dalam kurun waktu sejak 2015 lalu. IS yang dikenal sebagai pimpinan CV dan pengusaha bengkel itu, menawarkan kepada beberapa pejabat teras dan petinggi TNI/Polri yang ia kenal dekat di Sragen.
Dengan penampilan borju dan pembawaan meyakinkan, ia pun mampu meyakinkan para pejabat untuk bergabung.
Kedekatannya dengan sejumlah pejabat menjadi jalan memuluskan modus yang ia jalankan.
“Waktu itu dia memang dekat dan sering ikut ngumpul beberapa pejabat dan komunitas petinggi TNI dan Polri. Jadi nggak ada yang curiga dan menyangka kalau ternyata seperti itu,” urai R.
Ia menceritakan terbujuk mulut manis pelaku karena sebelumnya juga sudah dikenalnya. Saat itu, pelaku menjanjikan bagi hasil sebesar 5-15 persen dari investasi yang disetor.
Karena sudah kenal dan hasil survei ke Jatim memang benar ada pabrik yang akan dibeli, ia pun akhirnya ikut menyetorkan Rp 3,7 miliar sebagai investasi ke pelaku.
“Kalau bagi hasilnya variasi. Ada yang 5 persen ada 15 persen. Saya sendiri dijanjikan 10 persen per bulan, sekitar Rp 370 juta. Ternyata bagi hasil itu hanya berlangsung dua bulan diberikan. Setelahnya macet dan nggak dibayar sampai sekarang,” jelasnya.
R mengaku terbujuk karena pelaku selalu meyakinkan sudah banyak pejabat dan petinggi TNI/Polri yang lebih dulu menanamkan investasi kepada perusahaan pelaku.
Apalagi selama ini lingkungan pelaku juga rata-rata pengusaha besar dan pejabat Sragen. Namun dalam perjalanannya, ternyata investasi yang ditanamkan para pejabat tersebut juga macet dan tidak kembali hingga sekarang.
Diduga sebagian besar para korban tidak berani melapor ke polisi karena malu pada reputasi besar mereka sebagai pejabat teras.
Besarnya uang yang diinvestasikan yang mencapai ratusan juta hingga miliaran membuat mereka memilih diam agar ketahuan publik.
Namun kasus itu akhirnya meledak dan resmi dilaporkan ke Polres Sragen oleh salah satu pejabat teras yang menjadi korban pada April 2022 lalu.
Pada laporannya, pejabat itu mengaku mengalami kerugian Rp 900 juta karena modal yang ia setor hingga kini belum dibayarkan sesuai kesepakatan.
“Ada yang kena Rp 1 miliar, Rp 2 miliar, sampai Rp 7 miliar. Kalau ditotal bisa puluhan miliar. Karena korbannya puluhan orang ada. Rata-rata orang kaya, pejabat dan orang hebat-hebat semua. Saya merasa tertipunya karena antara pekerjaan dan bagi hasilnya tidak sesuai yang disampaikan awal. Pekerjaannya memang benar di spare part tapi omsetnya ternyata hanya Rp 150an juta, tidak miliaran seperti yang ia omongkan. Lalu bagi hasilnya juga nggak seperti yang dijanjikan,” imbuh R kesal.
Sementara, dikonfirmasi JOGLOSEMARNEWS.COM , Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama membenarkan memang ada aduan dari salah satu pejabat teras di Sragen soal kasus dugaan penipuan investasi itu.
Menurutnya saat ini kasus itu masih dalam tahap pendalaman dan pengumpulan keterangan serta alat bukti.
Kapolres menyebut penanganan kasus itu memang butuh kecermatan dan kehati-hatian. Sebab harus dipastikan lebih dulu apakah kasus itu lebih kuat mengarah pada tindak pidana atau perdata.
“Masih kita dalami. Perkembangan penanganan juga selalu kami sampaikan melalui SP2HP (surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan). Kalau aduannya kami terima dari salah satu korban. Kalau infonya banyak korban sampai petinggi TNI Polri, kami malah belum tahu. Ini masih kita tangani tapi kan harus hati-hati,” tandasnya. Wardoyo