SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMAN 1 Gondang Sragen menuai masalah.
Sebanyak 8 siswa SMP yang mendaftar jalur zonasi ke sekolah itu dilaporkan mendadak hilang misterius dari daftar dan sistem PPDB.
Padahal mereka diketahui berdomisili dekat dalam radius jarak yang sangat aman untuk diterima lewat jalur zonasi.
Diduga kuat, akun pendaftaran mereka dibajak oknum tak dikenal sehingga hilang dari sistem PPDB.
Kasus itu terungkap ketika sejumlah orangtua dan siswa itu mengadu ke anggota DPRD Sragen, Bambang Widjo Purwanto.
Orangtua 8 siswa itu panik karena hingga pengumuman nanti malam, Senin (4/7/2022) malam, belum ada kepastian bagaimana nasib anak mereka.
Bambang kemudian mendampingi mereka melapor ke Polres Sragen, Senin (4/7/2022).
Dari daftar yang dirilis pihak SMAN 1 Gondang, tercatat ada 8 siswa yang hilang dari sistem pendaftaran jalur zonasi.
Mereka masing-masing Nasella Ramadhani, Abel Abadi Putra, Monika Iva Lestari, Agil Satrio Prabowo, Adnan Naimma, Kayla Aschanea Kohedi, Septia Suci Maharani dan Vinto Ardian Syahputro.
Dari 8 siswa itu, 6 siswa mendadak terlempar dari SMAN 1 Gondang ke SMAN 1 Sambungmacan. Sedangkan dua siswa yakni Monika dan Kayla dinyatakan tidak diterima.
Anehnya Kayla yang rumahnya hanya berjarak 250 meter dari SMAN 1 Gondang, bisa bergeser mendaftar jalur prestasi di SMAN 1 Sambungmacan namun tidak diterima juga.
Bahkan, pada sistem PPDB, nama Kayla dinyatakan belum mendaftar di sekolah manapun. Padahal secara sistem, siswa hanya bisa merubah pilihan sekolah tapi tidak bisa merubah dari zonasi ke prestasi.
Hal itu membuatnya dan orangtua sempat syok serta panik mengingat hilangnya akun terjadi menjelang pengumuman.
Salah satu orangtua siswa, Burhanudin (53) mengungkapkan anaknya, Abel Abadi Putra juga menjadi salah satu siswa yang namanya hilang dari sistem PPDB.
Ia menyebut awalnya putranya mendaftar ke SMAN 1 Gondang melalui jalur zonasi pada Rabu (29/6/2022).
Jarak rumah ke sekolah hanya 1,6 km dan relatif aman lantaran dari jurnal sementara jarak terjauh diterima 3,6 km.
Sedangkan kuota siswa baru jalur zonasi di SMAN 1 Gondang 250 siswa. Waktu mendaftar, putranya ada di ranking 81 zonasi, namun dua hari kemudian saat mengecek jurnal, nama anaknya tiba-tiba hilang dari sistem.
“Awalnya daftar pakai NIS, pasword yang buat petugas pendaftar di SMAN Gondang. Hari Jumat jam 14.00 WIB itu dicek masih di ranking 81, begitu jam 16.00 WIB dicek lagi, nama anak saya sudah nggak ada. Padahal anak saya nggak pernah ubah pasword maupun ngutak Atik apapun,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (4/7/2022).
Burhan menuturkan kasus serupa ternyata dialami oleh 7 siswa lain. Padahal mayoritas berdomisili di dekat sekolah dan dirasa sangat aman diterima dari jalur zonasi.
Bahkan, ada satu siswi Kayla Aschanea Kohedi yang berjarak 250 meter dari sekolah dan sempat ada di ranking 3, mendadak namanya juga hilang misterius.
Anehnya, Kayla yang mendaftar di jalur zonasi, tiba-tiba bisa berpindah mendaftar lewat jalur prestasi ke SMAN Sambungmacan.
“Padahal rumah saya ibaratnya hanya di sebelah sekolah dan jaraknya hanya 250 meter dari SMAN 1 Gondang. Anak saya juga merasa gak mindah jalur pendaftaran. Dari awal daftar zonasi wong dekat dan harusnya pasti diterima. Waktu daftar ranking 3 zonasi kok tiba-tiba hilang. Tadi saya ke sekolah katanya dicek ada yang mbajak akun jam 12 malam. Katanya tahu-tahu logout sendiri. Padahal anak saya nggak rubah apa-apa,” imbuh orangtua Kayla, Dewi Fitria Wulandari (37), asal Gondang baru, Gondang, Sragen.
Legislator Sragen, Bambang Widjo Purwanto yang mendampingi lapor ke Polres, menyampaikan begitu menerima aduan dari orangtua siswa, ia langsung berinisiatif mengkroscek ke SMAN 1 Gondang.
Namun jawaban pihak sekolah semua teknis PPDB yang menangani Disdikbud Jateng. Ia kemudian meminta sekolah mengecek daftar siswa yang hilang dari sistem dan ternyata ada 8 siswa yang mengalami nasib serupa.
“Karena saya melihat ini ada indikasi tindak kriminal sehingga tadi kami dampingi mereka lapor polisi. Harapan kami yang terpenting nasib 8 anak ini harus diperjuangkan karena mereka nyata-nyata daftar di zonasi dan jaraknya sangat aman untuk diterima. Bagaimana mungkin anak yang domisilinya hanya 250 meter dari sekolah tiba-tiba hilang dan tidak diterima. Bahkan ada yang geser ke jalur prestasi,” tegasnya.
Ia berharap polisi bisa mengusut tuntas kasus pembajakan itu. Kemudian pihak sekolah dan Disdikbud Jateng segera mengambil langkah untuk mengembalikan 8 siswa itu agar bisa masuk sistem kembali dan diterima melalui zonasi.
Sebab mayoritas siswa itu berdomisili paling jauh hanya 1,6 km dari sekolah. Sedangkan dari jurnal terbaru, jarak terjauh siswa yang diterima melalui jalur zonasi di SMAN 1 Gondang berjarak 3,9 km. Wardoyo