Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Kisah Sukses Alumni SMAN 2 Sragen, Nitya Ade Santi Pecahkan Rekor Jadi Doktor Termuda IPB. Kasek, Guru dan Temannya Mengaku Sangat Bangga

Kepala SMAN 2 Sragen, Purwadi dan guru agama mantan teman sebangku Nitya Ade Santi, Istiqomah saat diwawancara di sekolah, Rabu (27/7/2022). Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Prestasi hebat yang ditorehkan Nitya Ade Santi sebagai doktor termuda di usia 25 tahun, membawa kebanggaan tersendiri bagi almamaternya, SMAN 2 Sragen.

Kisah sukses alumnus tahun 2013 itu memecahkan rekor sebagai peraih gelar doktor termuda di Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat segenap keluarga besar SMAN 2 Sragen turut berbangga.

Nitya yang lahir di Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, sukses meraih gelar doktor usai merampungkan S3 jurusan Ilmu Pengelolaan Hutan (IPH), Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB belum lama ini.

Nitya Ade Santi, doktor termuda di IPB yang lulus di usia baru 25 tahun. Foto/Instagram

Kabar itu langsung disambut bangga oleh Kepala SMAN 2 Sragen, Purwadi. Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (27/7/2022), ia mengaku bangga ada alumni yang sukses menorehkan prestasi hebat tersebut.

Terlebih dari cerita para guru dan alumnus, Nitya juga masih tidak melupakan almamaternya serta masih menjalin komunikasi baik dengan pihak sekolah.

“Tentu kami bangga. Ada alumni yang sukses dan tidak lupa dengan almamaternya. Kalau mau ujian juga sering telepon gurunya, Bu Dewi (guru Biologi), sering minta doa. Anaknya (Nitya) memang bagus dan pinter. Kemarin sebenarnya pas reuni akbar sempat ngabari mau datang, tapi karena kesibukan nggak bisa hadir,” paparnya.

Meski belum lama menjabat di SMAN 2 Sragen, Purwadi mengaku senang melihat kepedulian alumni yang berprestasi terhadap sekolah.

Hal itu ditunjukkan dengan antusiasme mereka untuk hadir di acara reuni Akbar 40an tahun yang digelar belum lama ini.

Ia berharap cerita sukses Nitya bisa memotivasi siswa-siswi untuk meniru jejak dan semangatnya sehingga bisa mencetak prestasi hebat.

“Tahun ini lulusan kami yang diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) ada sekitar 77 anak. Yang lewat jalur PMDK 25 siswa, yang jalur tes 52 orang. Sekali angkatan kita meluluskan 360 siswa, sehingga secara umum prestasi yang masuk PTN ini cukup bagus,” ujarnya.

Senada, guru Mapel Biologi yang pernah mengajar Nitya, Dewi Ratnawati juga sangat bangga dengan prestasi yang diraih Nitya.

Meski hanya mengajar ketika kelas XII, ia mengaku sangat dekat dengan Nitya yang kebetulan juga menggemari Biologi.

Menurutnya meraih gelar doktor di usia sangat muda itu tak lepas dari kegigihan dan semangat besar Nitya untuk belajar.

“Setahu saya, anak ini (Nitya) itu sangat aktif. Dia aktif di pramuka dan sangat suka Biologi. Makanya nilai biologinya sangat bagus, waktu kelas XII nilainya selalu di atas 8,” ujarnya.

Minta Doa Restu

Dewi menuturkan meski sudah lulus, Nitya masih menjalin kontak intens dengannya dan teman-teman seangkatan.

Dewi Ratnawati, guru SMAN 2 Sragen yang pernah mengajar Nitya Ade Santi saat menunjukkan chat WA dengan Nitya semasa meminta doa restu maupun waktu lulus kuliah S3. Foto/Wardoyo

Bahkan, saat mau mendaftar kuliah baik S1 sampai S3, Nitya tak lupa untuk mengabari dan meminta doa restu. Pun setelah lulus S1 dan S2, juga menyempatkan datang ke sekolah.

“Dia waktu lulus S1 dan S2 datang ke sekolah. Minta restu mau daftar S3. Pas kuliah dapat beasiswa di Jerman pun sampai sana juga ngabari kami. Yang kami sakit, dia rumahnya jauh di Sambirejo sana, tapi karena minat belajarnya tinggi, nggak pernah terlambat ke sekolah,” imbuhnya.

Nitya Ade Santi, alumnus SMAN 2 Sragen yang memecahkan rekor menjadi doktor termuda pada usia 25 tahun di IPB Bogor. Foto/IG

Rasa bangga juga diungkapkan teman sebangkunya kala di SMAN 2 Sragen, Istiqomah. Isti yang kini menjadi guru agama di SMA tersebut, mengaku senang mendengar kabar kesuksesan Nitya.

“Turut bahagia, bangga juga. Seneng pokoknya teman bisa sukses dan semakin jaya menjadi orang yang bermanfaat. Mengharumkan nama almamaternya SMAN 2, mengharumkan nama Sragen, Jawa Tengah dan Indonesia,” ujarnya.

Isti juga mengenang sosok Nitya sebagai teman yang sangat baik dan rajin. Meski beda keyakinan, rasa toleransi dan menghargai teman sangat tinggi. Wardoyo

Exit mobile version