BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Para pedagang sapi mengeluhkan penutupan pasar hewan berkepangan hingga kini. Apalagi, belum ada kepastian kapan pasar kembali dibuka.
“Kebijakan penutupan pasar hewan tanpa kepastian kapan dibuka, justru menimbulkan dampak traumatis bagi peternak,” ujar Purnomo, salah satu pedagang dan peternak sapi asal Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Rabu (27/7/2022).
Dia pun mempertanyakan sikap Pemkab Boyolali yang tak kunjung membuka pasar hewan. Bahkan, secara terbuka dia membandingkan dengan daerah lain yang sudah membuka pasar hewan untuk kegiatan jual beli ternak.
“Semakin lama pasar ditutup, maka kerugian pedagang akan semakin besar.”
Apalagi mengingat kondisi di Kabupaten Boyolali, sangat banyak masyarakat yang menjadi petani peternak, pedagang sapi dan blantik. Jika pasar tak segera dibuka, maka menyulitkan peternak. Mereka tak bisa mengetahui pergerakan harga jual ternak sapi.
“Tidak sedikit peternak yang panic, sapi miliknya malah dijual murah. Maka patut dipertanyakan, daerah lain sudah buka, sini kok belum.”
Menurut dia, penutupan pasar hewan dinilai menguntungkan pihak-pihak tertentu, terutama jagal sapi. Karena harga beli sapi terpapar PMK sangat murah. Bahkan hanya 25 persen dari harga normal. Satu ekor sapi hanya dihargai Rp 4 – Rp 5 juta.
“Padahal, daging sapi aman dikonsumsi dan harga jualnya normal.”
Padahal, lanjut dia, masyarakat sudah memiliki pengetahuan penanganan PMK. Selain itu, perputaran sapi bisa dilakukan. Pedagang bisa menjual dan membeli sapi. Hal tersebut tentu harus didukung dengan sarana prasarana (Sarpras) untuk protokol kesehatan (Prokes) hewan sebelum masuk pasar.
“Kandang saya juga jadi tempat rehabilitasi PMK. Ada 13 sapi, sebagian milik teman yang tak berani merawat, ya saya rawat. Kalau semakin lama ditutup maka akan menimbulkan trauma berkepanjangan. Petani semakin takut memelihara sapi.”
Terpisah, Sekda Boyolali, Masruri mengatakan penutupan pasar hewan mengacu pada Keputusan Menteri Pertaian No 500.1/KPTS/M/06/2022 terkait penetapan daerah wabah PMK. Ada 19 daerah yang masuk dalam daerah wabah termasuk Boyolali.
“Kita sesuai SE Kementan, kan belum dicabut. Kalau kita buka perlu evaluasi dulu. Kalau langsung buka ya kita tidak sesuai aturan.”
Sebelumnya, Kabid Kesehatan Hewan (Keswan) Disnakan Boyolali, Afiany Rifdania mengatakan kasus PMK di Kota Susu mulai melandai. Puncak kasus PMK terjadi jelang Idhul Adha lalu. Yakni dengan laporan 200-300 kasus perhari.
“Sedangkan saat ini laporan yang masuk berkisar 50 kasus perhari.” Waskita