KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM -Tragedi mengenaskan terjadi di Desa Sukosari, Jumantono, Karanganyar, Jateng. Nasib nahas dialami keluarga Aira Cahya Mekarsari, Balita usia 15 bulan yang memiliki penyakit jantung bocor serta gizi buruk.
Keluarga miskin Pasutri Suratno (40) dan
Dian Aruna Mahesi (37) itu berjuang habis-habisan untuk mendapatkan biaya pengobatan anaknya, sementara sejauh ini bantuan dari Pemkab Karanganyar belum ada sama sekali.
Pantauan JOGLOSEMARNEWS.COM di lokasi rumah kontrakannya di perumahan Griya Sari Permai Rt 01/Rw VII Blok C No 7, Sukosari, Jumantono, Karanganyar.
Di sana terlihat bantuan yang mengalir dari tiga lembaga hanya paket sembako saja. Sedangkan yang dibutuhkan adalah uluran bantuan biaya pengobatan untuk Aira.
Selain itu dari Kementrian Sosial (Kemensos) Jakarta pernah membantu sebanyak empat kaleng susu penderita jantung bocor dan peralatan usaha jualan sayur ketengan bagi pasutri tersebut.
Adapun bantuan biaya pengobatan justru sama sekali tidak tersentuh oleh Pemkab Karanganyar ataupun Provinsi Jateng.
“Alhamdullilah kalau bantuan untuk makan dan susu untuk dua Minggu cukup tapi untuk solusi pengobatan ataupun bantuan biaya untuk pengobatan memang belum pernah ada,” ungkap Dian Aruna, ibunya Aira kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (5/7/2022).
Menurut Dian untuk pengobatan terkendala karena hanya menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga tidak bisa mengcover pengobatan jantung bocor alias harus biaya umum.
Sedangkan biaya umum itu cukup mahal karena melalui beberapa tahapan, yakni biaya periksa jantung bocor saja berkisar Rp 550.000 sekali periksa. Belum lagi biaya tahap selanjutnya.
Dian Aruna mengatakan, untuk periksa jantung sebulan sekali, namun karena tidak ada biaya, terpaksa tidak melakukan pemeriksaan.
Hal itu berdampak pada Aira, di mana badannya lemas, menunjukkan gejala seperti pilek dan sesak nafas karena kedua lubang hidup tertutup.
“Kalau pas pilek itu kami bingung karena jika ditidurkan tidak bisa bernafas sehingga harus digendong terus sampai kami tidak bisa tidur,” tandasnya.
Untuk itu Dian berharap ada uluran tangan untuk fokus biaya pengobatan karena bagian kiri seluruh tubuh Aira melemah sebab alami gizi buruk yakni dari mata hingga kaki sebelah kiri tidak berfungsi dan tidak bisa melihat.
Dian pun hanya bisa pasrah karena untuk fokus pengobatan juga hanya bisa berharap sedangkan secara ekonomi sangat terpuruk karena hanya mengandalkan jualan sayuran mentah ketengan.
Di samping itu, keluarga ini juga tidak terdaftar Program Keluarga Harapan (PKH) sehingga minim bantuan dari pemerintah.
“Meski kami sebagai pengontrak rumah dan tidak masuk PKH namun kami ingin Aira bisa mendapatkan pengobatan walau harus bagaimana lagi kami tidak tahu,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Dian dahulu bekerja di pabrik mie di Desa Sukosari tapi sudah kena PHK karena pandemi Covid-19. Bahkan tahun lalu keluarga ini pernah diusir karena tak kuat membayar kontrakan sebesar Rp 1,5 juta per tahun.
Kini keluarga tersebut membutuhkan kepedulian Pemkab Karanganyar dan lembaga sosial serta para dermawan untuk biaya pengobatan Aira.
Sebagai bentuk dukungan, anggota Forum Jurnalis Karanganyar (FJK) melakukan iuran spontanitas untuk turut membantu sejumlah uang kepada keluarga Aira, Selasa (5/7/2022).
Bantuan diserahkan Ketua FJK, Beni Indra didampingi Wakil Sekretaris Muhammad Alim dan anggota FJK. Beni Indra