Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Blak-Blakan, Ketua IPW Bongkar Kebobrokan Jajaran Petinggi Polri. “Rapuh Sekali Urusan Wanita!”

Tangkapan layar Ketua IPW, Sugeng Teguh Santoso saat menjadi narasumber di TV One. Foto/Istimewa

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Masih gelapnya motif pemicu pembunuhan berencana Brigadir J yang diotaki jenderal Ferdy Sambo membuat sejumlah spekulasi pun terus bermunculan.

Di tengah simpang siur isu dugaan perselingkuhan, mafia bisnis haram hingga belakangan LGBT, lembaga Indonesia Police Watch (IPW) menyampaikan pernyataan mengejutkan.

Dalam sebuah dialog di stasiun televisi TVone, Ketua IPC, Sugeng Teguh Santoso blak-blakan membuka sisi hitam kebobrokan para petinggi Polri.

Kebobrokan itu terjadi mulai dari skandal urusan perempuan hingga praktik perlindungan bisnis haram seperti judi dan peredaran narkoba.

Saat dihadirkan sebagai narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Pagi itu, Sugeng mengatakan IPW mengantongi lima motif pembunuhan Brigadir J yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo.

Empat dari kemungkinan lima motif itu disinyalir ada benang merah dengan perkara perempuan atau seksual.

Sedangkan satu motif sisanya berkaitan dengan urusan perjudian dan narkoba.

“IPW mendapatkan lima isu tapi empat itu memang terkait dengan soal urusan seksual,” paparnya saat hadir di acara yang disiarkan live Kamis (11/8/2022) itu.

Meski demikian, Sugeng enggan membeberkan kemungkinan motif seksual yang berhasil dihimpun IPW terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J yang diotaki Irjen Ferdy Sambo.

Alasan aib menjadi alasannya untuk tidak membuka terang motif seksual yang kemungkinan melatarbelakangi aksi keji Sambo terhadap ajudannya itu.

Ia menyebut motif seksual itu sebenarnya juga sudah disinggung oleh Menko Polhukam Mahfud MD melalui pernyataan resmi sang menteri.

“(Dari) empat (motif) itu kan sudah tiga (motif) disebutkan Pak Mahfud (Menko Polhukam) dan satu (motif) informasinya (juga) terkait soal seksual yang satu lagi boleh saya buka ini. Tapi yang seksual tidak mau saya buka karena ini tentang aib,” ucapnya.

Menurut Sugeng, persoalan perempuan atau seksual merupakan perkara yang kerap menjangkiti para petinggi polisi.

Ia menyebut IPW mendapat kesimpulan betapa rapuhnya kondisi psikologis seorang PJU (Pejabat Utama) termasuk yang dialami Irjen Sambo.

“Memegang kekuasaan yang besar tetapi kondisinya rapuh,” jelasnya.

Ia menambahkan tak hanya Sambo, perkara seksual ini sudah banyak menjangkiti para petinggi polisi.

Menurutnya sudah ada beberapa petinggi yang sebelumnya juga terseret kasus seksual ketiga memegang jabatan pimpinan.

“Urusan wanita, rapuh sekali pimpinan-pimpinan Polri ini. Sudah banyak, bukan hanya beliau. Tapi sebelumnya (juga). Ini menjadi catatan,” terangnya.

Selain persoalan seksual, IPW mengantongi catatan adanya praktik perlindungan perjudian dan peredaran narkoba oleh oknum di tubuh Polri.

Hal itu pula yang melatarbelakangi terbunuhnya Brigadir J.

“Yang satu lagi praktik-praktik perlindungan judi, narkoba, pengiriman uang-uang yang besar sampai ratusan miliar ini. Isu yang masuk ke IPW bahwa Yosua ini akan membuka informasi tentang itu,” ujar Sugeng.

Bharada E atau Richard Eliezer Pudihang Lumio disebutkan resmi mencabut Deolipa Yumara sebagai kuasa hukumnya dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.

Ini merupakan yang kedua kalinya Bharada E berganti pengacara. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Brigjen Andi Rian Djajadi.

Ia memastikan bahwa Bharada E benar telah mencabut kuasa Deolipa Yumara dan Muhammad Burhanuddin sebagai pengacara.

“Iya betul,” ungkap Andi kepada awak media Jumat, (12/8/2022).

Motif Sambo Dibuka di Persidangan

Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal (Komjen) Agus Andrianto mengatakan, latar belakang atau penyebab peristiwa pembunuhan Brigadir J sementara ini hanya menjadi bahan penyidikan. Menurutnya pengungkapan motif tersebut akan terbuka saat sudah sampai di pengadilan.

“Soal motif, itu konsumsi di penyidikan saja. Nanti, akan dibuka saat persidangan,” kata Agus, lewat pesan singkatnya, Kamis (11/8/2022).

Agus mengatakan, sejumlah pihak di eksternal kepolisian sudah membuka sebagian kerangka motif perintah pembunuhan Brigadir J.

Selain adanya dugaan amoral dan asusila, sejumlah pihak juga menyebutkan adanya spekulasi motif yang mengarah pada masalah internal di keluarga Irjen Sambo.

Agus tak membantah ataupun membenarkan ragam spekulasi motif tersebut.

Selain proses pengungkapan dan penyidikan yang masih berjalan, dia mengatakan dalam proses penegakan hukum ada yang namanya etik prosedural.

“Untuk menjaga perasaan semua pihak,” ujar Agus menambahkan.

Senada dengan Kabareskrim, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengemukakan bahwa Polri ingin menjaga perasaan kedua belah pihak, yakni Brigadir J selaku korban maupun Ferdy Sambo selaku tersangka, terkait dengan motif penembakan itu. Karena itu motif dugaan pembunuhan belum diungkap.

“Untuk motif ini Pak Kabareskrim harus menjaga perasaan dua pihak, baik pihak dari Brigadir Yosua maupun pihak saudara FS. Pak Menkopolhukam juga sudah menyampaikan. Karena ini masalah sensitif, nanti akan dibuka di persidangan,” kata Dedi.

Menurut Dedi, jika motif dibuka ke publik saat ini, dapat timbulkan citra atau gambaran yang berbeda-beda. Karena motif merupakan materi penyidikan yang nantinya akan diuji di persidangan.

“Ya, di persidangan silakan. Kalau nanti dikonsumsi ke publik timbul image (citra) berbeda-beda karena ini materi penyidikan dan semuanya nanti akan diuji di persidangan, semuanya akan disampaikan ke persidangan,” ujarnya.

Saat ditanyakan apakah motif tersebut terkait dengan dugaan perselingkuhan, Dedi tidak mau menjawab pasti.

“Nanti itu (motif) di persidangan,” tandasnya. Wardoyo

Exit mobile version