SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dikenal sebagai kampung produsen batik terbesar di Sragen, Kampung Jantran atau Dukuh Jantran di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen, ternyata menyimpan mitos menarik.
Siapa sangka, meski lokasinya agak masuk dan berada di tepi Bengawan Solo, tinggal kampung penghasil batik terbesar di Jateng itu ternyata menjadi idaman banyak warga.
Hal itu tak lepas dari mitos yang beredar jika tinggal di kampung itu akan mendekatkan seseorang dengan ketenangan dan kesuksesan.
Mitos itulah yang membuat Jantran selama ini identik dengan sebutan kampung makmur. Hampir tak ada rumah jelek di kampung itu.
Pemandangan kampung lebih dominan diisi rumah-rumah mewah dan megah dengan mayoritas berlabel pengusaha batik. Jalan-jalan masuk pun sangat mulus, mengalahkan jalan di perumahan elit.
Bahkan satu hal yang membuat berdecak adalah harga tanah di kampung itu sangat mahal.
“Iya, memang dari dulu, kampung Jantran ini sudah dikenal dengan sebutan seperti kampung makmur. Itu dari turun temurun mitosnya seperti itu. Kalau tinggal di kampung ini, ada keyakinan akan tambah sukses dan damai. Meski faktanya di sini memang banyak pengusaha batik yang sukses dan mayoritas juga hidupnya makmur. Tapi mitosnya kampung ini dari dulu seperti itu,” ujar salah satu pengusaha batik “Dewa Batik” di Jantran, Sugiyamto kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (28/8/2022).
Ia menyebut hampir 80 persen warga di kampungnya memang terbilang mengandalkan usaha batik.
Meski sebagian besar punya lahan sawah, bertani justru menjadi pekerjaan sampingan.
Aura kemakmuran di kampung Jantran yang sudah turun temurun, membuat harga tanah di kampung itu pun jauh berbeda dengan tanah desa pada umumnya.
“Sekarang harga tanah di sini per meter persegi sudah mencapai Rp 1,5 sampai Rp 2 juta. Mahal memang tapi selalu diburu. Kalau dengar ada warga sini yang jual tanah, langsung jadi rebutan. Paling yang beli juga warga siji. Karena mungkin sudah merasakan dan memang di sini ekonomi warga Alhamdulillah sangat maju,” tukasnya.
Kades Pilang, Sukisno membenarkan jika Jantran memang menjadi salah satu kampung produsen batik di Desa Pilang yang selama ini sudah dicanangkan sebagai Desa Wisata Batik di Sragen.
“Hampir 75 persen masyarakat di sini berusaha batik. Ada pengusaha besar, ada perajin kecil, ada pembatik dan lain-lain. Batik menjadi andalan ekonomi warga sini,” ujarnya saat hadir di sebuah acara pelatihan bertema batik di balai desa setempat belum lama ini.
Ia berharap ikon Desa Wisata Batik itu bisa terus berkembang dan maju. Sebab dua tahun pandemi diakui telah meluluhlantakkan prospek batik yang terbilang sangat terpuruk.
“Setelah pandemi, Alhamdulillah mulai bangkit. Mudah-mudahan ke depan semakin berkembang lagi,” tandasnya. Wardoyo