SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia yang bisanya dianggap tidak berguna lagi untuk kehidupan mansusia.
Padahal, di balik timbunan sampah itu, sebenarnya ada satu sisi positif yang dapat diolah menjadi eco-enzyme, yakni cairan pembersih dan pupuk yang ramah lingkungan.
Dari sinilah, mahasiswa KKN Kelompok 25 Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tergerak untuk memberikan pelatihan pembuatan eco-enzyme kepada masyarakat.
Pelatihan tersebut telah berlangsung dengan baik di RW 03 Sumber Tapen, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo pada Minggu (21/08/2022).
Kegiatan tersebut diikuti oleh ibu-ibu warga RW 03, yang terdiri dari perwakilan tiap RT, mulai dari RT 01 sampai RT 05.
Ferdina Astuti, salah satu anggota tim mahasiswa KKN Kelompok 25 UNS mengatakan, pembuatan eco-enzyme tersebut tidak sulit, karena menggunakan bahan-bahan yang mudah diperoleh.
Ia menjelaskan, bahan-bahan yang digunakan antara lain sampah organik terdiri dari kulit buah ataupun sayuran yang masih segar, gula jawa yang dilarutkan ke dalam air, serta air bersih. Sementara peralatan yang diperlukan meliputi pisau, toples, timbangan, gelas ukur, baskom dan saringan.
Proses pembuatannya diawali dengan memilah-milah sampah yang masih segar, yang kemudian dilanjutkan dengan mengukur komposisi bahan-bahan sesuai kebutuhan dan ketentuan.
“Selanjutnya melarutkan gula jawa ke dalam air bersihi sampai benar-benar larut,” papar Ferdina.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan sampah yang telah dipilah ke dalam larutan air dan gula jawa, kemudian toples ditutup rapat.
Tahap selanjutnya adalah menunggu proses fermentasi berlangsung secara alamiah, selama tiga bulan. Dalam proses ini, capuran dalam toples itu diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari.
“Setelah tiga bulan, cairan hasil fermentasi disaring dari ampasnya, kemudian dimasukkan ke dalam botol kemasan plastik dan ditutup rapat,” jelas Ferdina.
Sampai di sini, proses pembuatan eco-enzyme selesai, yang bermanfaat sebagai cairan pembersih atau sebagi pupuk alami yang aman.
Pendekatan End-of-pipe
Untuk diketahui, selama ini pengelolaan sampah di masyarakat memang masih bertumpu pada pendekatan end-of-pipe. Artinya sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Padahal timbunan sampah yang menggunung, dapat berpotensi melepaskan gas metan. Gas inilah yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca, sehingga dapat menyebabkan pemanasan global (Septiani, Najmi dan Oktavia, 2021).
Dengan adanya permasalahan tersebut Dr Rosukon Poompanvong dari Thailand, pada tahun 2003 menemukan suatu penemuan yang diberi nama eco-enzyme.
Eco-enzyme adalah cairan serba guna terbuat dari fermentasi sampah organik seperti kulit buah, maupun sayuran. Eco-enzyme memiliki manfaat yang sangat banyak.
Dengan memanfaatkan sampah organic yang digunakan sebagai bahan baku, setelah itu dicampur dengan gula dan air, dari proses fermentasinya dihasilkan gas O3 (ozon) dan hasil akhirnya adalah cairan pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.
Berkaca dari latar belakang tersebut dan sekaligus praktik pembuatan eco-enzyme oleh Mahasiswa KKN kelompok 25 UNS ini, diharapkan masyarakat dapat mengolah sampah menjadi sebuah inovasi yang dapat dimanfaatkan kembali, agar dapat mengurangi pemanasan global akibat meningkatnya gas rumah kaca.
Untuk diketahui, KKN Kelompok 25 UNS itu beranggotakan 10 orang, yakni Yoneka Noorca Erlangga, Dita Erin Monika, Ryzki Tri Rahma Dewi, Nahwari Herlina Pramesti, Yongki Irawan.
Selanjutnya adalah Ferdina Astuti, Fina Widiyanti, Diva Asri Agustin, Ulfa Ade Nurjanah dan Inayatullah Riun Shaumiyah. Redaksi