Beranda Daerah Sragen Membongkar 9 Kejanggalan dan Kebohongan Terbesar Drama Pembunuhan Brigadir J

Membongkar 9 Kejanggalan dan Kebohongan Terbesar Drama Pembunuhan Brigadir J

Kadiv Propam, Irjen Pol Ferdy Sambo dan Brigadir Josua Hutabarat dengan latar belakang foto istri sang jenderal, Putri Candrawati. Foto kolase/Wardoyo

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus pembunuhan berencana terhadap ajudan Irjen Ferdy Sambo, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di kediaman dinas Sambo, 8 Juli 2022 lalu, kini memasuki babak baru.

Polri sudah menetapkan 4 tersangka dengan otak pembunuhan terungkap justru didalangi oleh Irjen Ferdy Sambo sendiri.

Kasus tersebut juga menyeret puluhan personel Polri dalam pusaran ancaman sanksi dari erik hingga pidana.

Pasalnya mereka diduga terlibat menghambat, menghalangi, melakukan pelanggaran kode etik sehingga membuat proses olah TKP dan penanganan kasus itu menjadi terhambat.

Kini, polisi masih mengentensifkan pendalaman dan pemeriksaan untuk menguak motif pemicu serta mengusut tuntas kasus tersebut.

Bahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka dan personel Polri yang terancam sanksi bisa bertambah.

Meski sudah ada 4 tersangka dan mulai terbongkar titik terang, kasus pembunuhan berencana Brigadir asal Jambi itu sempat jadi sorotan.

Rentetan kejanggalan yang kemudian menguak fakta adanya kebohongan sempat mengiringi penanganan kasus tersebut.

Berikut adalah lima kejanggalan kasus pembunuhan Brigadir J yang dihimpun dari berbagai sumber:

1. 3 Hari Baru Diungkap ke Publik

Kejanggalan pertama yang mengawali kontroversi kasus itu adalah jeda disparitas waktu yang cukup lama antara waktu kejadian dengan pengungkapan kepada publik.

Peristiwa pembunuhan Brigadir J diketahui terjadi Jumat (8/7/2022) sekira pukul 17.00 WIB.

Namun, Polri baru mengungkapnya kepada publik, Senin (11/7/2022) atau tiga hari setelah kejadian. Hal itu pun memicu beragam spekulasi dan dugaan seolah-olah ada indikasi ingin menutupi kasus tersebut.

Belakangan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap ada indikasi kesengajaan menghilangkan barang bukti dan merusak TKP sehingga penanganan kasus itu menjadi terhambat.

2. Kronologi Polisi Berubah-ubah

Drama pembunuhan Brigadir J sempat menyisakan kejanggalan soal kronologi awal yang disampaikan polisi.

Di mana kronologi awal yang disampaikan berubah-ubah dan terkesan sangat tidak logis.

Adalah Kapolres Jaksel, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto, yang pertama kali menggelar rilis pada Senin (11/7/2022). Saat itu Budhi menyampaikan Brigadir J tewas setelah baku tembak dengan Bharada E di rumah dinas.

Dia menyebut Bharada E menembak dalam rangka membela diri. Saat kejadian, Brigadir J disampaikan hendak melecehkan istri Irjen Sambo di kamar sehingga berteriak.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat memimpin konferensi pers penetapan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan Brigadir J, Selasa (09/8/2022) malam. Foto/Wardoyo

Namun kronologi itu akhirnya bohong belaka setelah Selasa (9/8/2022) malam, Kapolri menegaskan tidak ada tembak menembak namun yang terjadi adalah penembakan Bharada E terhadap Brigadir J.

Baca Juga :  RSU Hastuti Sragen Resmi Dibuka oleh Bupati Yuni, Menjadi RS Ke-13 di Kabupaten Sragen

Bharada E pun akhirnya mengakui menembak Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo.

3. Kejanggalan Luka Sayatan

Kejanggalan berikutnya adalah temuan sejumlah luka sayatan yang ditemukan pada jenazah Brigadir J di bagian muka.
Hal ini juga disampaikan pihak keluarga korban.

Keluarga pun menduga Brigadir J diduga tidak hanya ditembak, namun juga dihabisi secara keji melalui penganiayaan.

4. Keluarga Dilarang Melihat Jenazah

Pada masa awal pengungkapan kasus pembunuhan Brigadir J, pihak keluarga sempat dilarang oleh pihak kepolisian untuk melihat jenazah anggota keluarganya dengan alasan telah dilakukan proses autopsi.

Namun setelah melakukan komunikasi dan negosiasi, pihak keluarga akhirnya diperkenankan untuk melihat jasad Brigadir J untuk terakhir kalinya.

Jenazah Brigadir J pun telah diautopsi sebanyak dua kali dalam waktu yang berbeda.

5. CCTV Rusak

Kontroversi drama pembunuhan Brigadir J juga menyisakan kejanggalan ketika di awal, polisi sempat menyampaikan bahwa CCTV di rumah Irjen Ferdy Sambo dan sekitar TKP rusak.

Polisi menyebut tidak ada rekaman CCTV saat kejadian baku tembak terjadi.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Budhi Herdi Susianto sempat merilis kamera CCTV di rumah yang disebut rumah Ferdy Sambo rusak sejak 2 minggu lalu.

“Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tersebut CCTV-nya rusak kurang lebih dua minggu yang lalu, sejak dua minggu yang lalu. Sehingga tidak dapat kami dapatkan (rekamannya),” kata Budhi dalam konferensi pers di Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022).

Namun setelah fakta terbongkar, akhirnya terungkap jika CCTV di rumah Sambo dan sekitar TKP, diduga sengaja diambil dan dihilangkan untuk menghilangkan barang bukti.

Fakta itu juga disampaikan Kapolri saat menggelar konferensi pers penetapan Irjen Sambo sebagai tersangka, Selasa (9/8/2022) malam.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat menggelar konferensi pers penetapan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka Pembunuhan Berencana Brigadir J, Selasa (9/8/2022) malam. Foto/Wardoyo

Kapolri mengungkap saat ini ada 31 personel Polri yang diperiksa karena diduga melanggar kode etik terkait upaya penghilangan barang bukti dan menghambat penanganan kasus itu.

Bahkan ada 10 perwira yang dicopot termasuk Sambo dan Kapolres Jaksel yang kebohongannya di rilis awal akhirnya terbongkar.

6. Olah TKP Awal Nan Misterius

Kejanggalan berikutnya adalah proses olah TKP di awal pengungkapan yang dinilai misterius.

Ketua RT di lokasi kejadian tidak diberitahu dan tidak mengetahui peristiwa dan proses olah tempat kejadian perkara (TKP).

Baca Juga :  Tegas Tim Unit Resmob Polres Sragen Ungkap Kasus Pengeroyokan, Tiga Pelaku Berhasil Ditangkap dan Terancam 6 Tahun Penjara

7. Irjen Sambo Mendadak Hilang

Kejanggalan selanjutnya adalah keberadaan Irjen Ferdy Sambo yang mendadak hilang dari publik saat peristiwa terjadi.

Keberadaan Sambo yang juga tidak diketahui secara pasti pada saat kejadian, kemudian banyak mengundang kecurigaan.

8. Tuduhan Pelecehan Seksual

Kejanggalan lain yang menjadi sorotan publik adalah tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J kepada istri Ferdy Sambo.

Tak hanya pihak keluarga almarhum Brigadir J, dugaan pelecehan seksual itu juga banyak diragukan oleh publik.

Irjen Ferdy Sambo, bersama istri dan anak-anaknya didampingi ajudan dan almarhum Brigadir J. Foto/Wardoyo

Pasalnya selain dikenal sosok penurut, sebagai seorang bawahan, Brigadir J juga diyakini tidak akan sampai melakukan perbuatan tersebut ke istri atasannya.

Sementara bersamaan terkuaknya fakta sebenarnya, belakangan beredar pesan ucapan ulang tahun yang dikirim istri Sambo ke Brigadir J dengan bahasa bernada sangat sayang.

Soal tudingan ini, Timsus Bareskrim Polri masih mendalami kebenaran isi tudingan yang sebelumnya dilaporkan istri Irjen Sambo ke Polri itu.

9. Tembakan Meleset

Kejanggalan drama pembunuhan Brigadir J juga terkait kronologi awal yang disampaikan soal insiden tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E.

Saat kalo pertama merilis kasus itu, Kapolres Jaksel menyebut Bharada E menembak 5 kali dan membuat roboh Brigadir J.

Sementara 7 tembakan Brigadir J tak satupun mengena. Padahal brigadir J diketahui lebih senior yang diyakini kemampuan menembaknya juga di atas Bharada E.

Belakangan kebohongan drama tembak menembak itu pun akhirnya terbantahkan setelah Kapolri menegaskan Irjen Sambo lah yang membuat skenario cerita dan rekayasa seolah-olah telah terjadi tembak menembak.

Padahal yang terjadi adalah Bharada E yang melakukan penembakan terhadap Brigadir J atas perintah Irjen Sambo. Kemudian Sambo menembakkan pistol Brigadir J ke dinding untuk mengelabuhi seolah-olah Brigadir J terlibat baku tembak. Wardoyo