Beranda Daerah Solo Riset Grup Komunikasi Publik FISIP UNS Gelar Workshop ‘Pilah Sampah dari Rumah’....

Riset Grup Komunikasi Publik FISIP UNS Gelar Workshop ‘Pilah Sampah dari Rumah’. Ajak Masyarakat Kurangi Sampah Plastik

Workshop sampah plastik. Foto: JSNews/Ando

 

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM —Berangkat dari volume sampah di Kota Solo yang terus meningkat serta kesadaran masyarakat masih rendah, maka kelompok Riset Grup Komunikasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) mengajak anak muda dan para ibu muda untuk meningkatkan kepedulian lingkungan dengan program Workshop Pilah Sampah dari Rumah.

Acara ini digelar di Loji Hotel Solo, Kamis (25/8/2022) dengan menghadirkan warga yang tertarik dengan produk tambah lingkungan untuk nantinya bisa mengajak dan menyebarkan semangat peduli lingkungan.

Tajuk ‘Pilah Sampah Dari Rumah’ ini dipilih karena dinilai sebagai gerakan awal mengatasi permasalahan sampah. Hadir sebagai pembicara yakni aktivis pengelolaan sampah rumah tangga dari Rapel Indonesia, Harmani Widyastuti dan aktivis pengelolaan sampah kosmetik dari Lyfe with Less, Aisha Rheavashti.

 

Workshop tentang sampah plastik

Pada sesi pertama, Harmani Widiyastuti selaku koordinator dari Rapel Soloraya menjelaskan volume sampah yang semakin tinggi seharusnya mendapat kepedulian dari seluruh masyarakat.

Pihaknya memberikan edukasi cara memilah sampah rumah tangga yang sangat beraneka ragam, mulai dari plastik, botol beling, kertas, logam, hingga minyak jelantah.

“Mulai dari kita yang kecil-kecil dulu mencoba memilah sampah. Banyak sekali kategori sampah, seperti plastik sampai minyak jelantah. Selain memilah kemudian dijual untuk diolah, itu juga termasuk gerakan minim sampah,” terang Harmani.

Baca Juga :  Organisasi Jamaah Islamiyah Membubarkan Diri Atas Kemauan Sendiri, Nyatakan Setia Pada NKRI

Menurutnya, bila merasa kesulitan untuk memilah sampah ke dalam kategori-katergorinya yang begitu kompleks, gerakan pilah sampah dari rumah bisa dimulai dari pemisahan sampah organik dan unorganik.

Setelahnya pada sesi kedua, Aisha Rheavashti, aktivis yang bergerak di Lyfe with Less Jawa Tengah mengajak audiens yang hadir untuk lebih bijak mengkonsumsi produk kosmetik, sehingga produk yang digunakan dapat dimaksimalkan sampai habis.

“Skinimalism, less product, more effective, and sustainable (Skinimalisme, lebih sedikit produk, lebih efektif, dan berkelanjutan) menjadi langkah untuk mengawali rutinitas kecantikan yang sederhana dan mudah,” terangnya.

Menurutnya, budaya tak ingin ketinggalan dengan tren produk kecantikan menjadi salah satu momok permasalahan produksi sampah. Tren kecantikan yang sering menjadi strategi pemasaran produsen kosmetik membuat masyarakat tak ingin ketinggalan produk kosmetik musiman. Sering kali produk kosmetik baru, datang dengan tawaran diskon untuk menarik pelanggan.

Alhasil masyarakat sering ‘tak sengaja’ membeli produk kosmetik yang sebenarnya tak diperlukan. Terkadang produk yang tak cocok pada kulit pun tak luput harus berakhir di tempat sampah.

Padahal hampir 50 persen sampah plastik di dunia berasal dari kemasan kosmetik. Dari 120 miliar kosmetik yang diproduksi secara global, sebanyak 79 persen sampah berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dan 12 persen dibakar, sementara hanya 9 persen sampah masuk dalam proses daur ulang.

Baca Juga :  Rudy Tanggapi Kabar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Jadi Tersangka KPK

Selain mengajak hemat dalam memproduksi sampah dari kosmetik, Lyfe with Less juga mengajak audiens cermat dan mendukung merek-merek kosmetik yang secara aktif menggalakkan isu kepedulian lingkungan.

Dirinya juga mengajak belajar tentang memilah sampah. Audiens diajak membawa satu kemasan limbah plastik untuk dikumpulkan. Hal ini juga sebagai tanda komitmen mereka untuk menerapkan pemilahan sampah di lingkungan tempat tinggalnya. (Ando)