SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Belasan warga pemilik lahan di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen berkumpul untuk menyatakan penolakan lahan mereka dibeli untuk pembangunan pabrik.
Aksi penolakan digelar di jalan sawah dekat lahan mereka, Selasa (13/9/2022). Mereka menolak lantaran tidak ingin menjual lahan dan lahan sawah akan dipertahankan untuk pertanian.
Mereka berkumpul di lahan sejak pukul 09.00 WIB. Mereka juga membawa kertas yang ditulis kalimat penolakan seperti “Sawahku tidak Dijual’.
Kemudian di petak-petak lahan kemudian dipasangi papan bertuliskan “Tidak Dijual” dan “Ora Dodol Cuk”.
Koordinator warga, Toni Sujarwanto mengatakan aksi penolakan itu dilakukan karena warga tidak ingin menjual dan ingin mempertahankan sawahnya untuk bertani.
Ia mengklaim warga pemilik lahan yang menolak sudah membuat forum dengan anggota sekitar 80an orang. Aksi juga dilakukan lantaran warga yang tidak mau menjual sawahnya, merasa diintimidasi agar mau melepaskan sawahnya.
“Saat ini ada sebagian warga Bonagung dan sebagian besar dari luar yang mendatangi petani. Saya pribadi sekali didatangi, tapi ada beberapa yang didatangi berkali-kali. Padahal sudah disampaikan tidak mau jual sawah. Alasannya ya nggak butuh jual dan masih pingin bertani. Di sini sudah lama,” paparnya kepada wartawan.
Ia menyebut soal ganti rugi lahan yang ditawarkan pihak investor, menurutnya bervariasi. Ada yang Rp 150.000 permeter persegi, Rp 200.000 hingga Rp 250.000 per meter persegi.
Menurutnya warga sudah kekeh tidak mau menjual namun terus didatangi terus sehingga membuat warga resah.
“Kami sudah membuat surat perlindungan di Polsek, sampai saat ini belum ada jawaban,” ujarnya yang mengaku sebagai sekretaris forum Bonagung bersatu.
Salah satu pemilik lahan yang menolak, Lamiyo (50) warga Bonagung RT 24, mengaku menolak menjual sawahnya karena masih ingin mempertahankan sebagai lahan pencaharian untuk bertani.
Ia mengaku resah karena terus didatangi dan dibujuk untuk menjual sawahnya seperti beberapa warga yang lain.
“Bilangnya mau dibeli untuk dibangun pabrik sepatu. Saya suruh nunjukkan pabriknya, nggak mau. Warga (yang menolak) ya sering didatangi kadang di rumah kadang di sawah,” katanya.
Serap 30.000 Karyawan
Kades Bonagung, Suwarno menyampaikan memang ada investor dari Korea yang berencana investasi membangun pabrik sepatu di Bonagung.
Investor itu membutuhkan lahan sekitar 40 sampai 45 hektare. Wacana investasi itu sudah berjalan dan sejak bulan Februari lalu pihak investor melalui timnya melakukan proses pendekatan ke warga pemilik lahan untuk membeli lahan mereka.
Sejauh ini, berdasarkan informasi yang diterimanya, lahan yang sudah dibebaskan sekitar 32 persen dari target 40an hektare yang dibutuhkan.
Soal harga, Pemdes mempersilakan tim investor bernegosiasi langsung dengan pemilik lahan.
Ia hanya berharap warga yang masih menolak bisa segera terbuka wawasan.
Sebab menurutnya kehadiran pabrik dengan kapasitas besar dan menyerap banyak tenaga kerja, akan sangat positif mengangkat perekonomian warga dan membantu mengentaskan Bonagung dari predikat desa miskin.
“Kami dari desa tidak terlibat, dari investor sendiri kami persilakan untuk bernegosiasi dengan warga langsung. Kami sebatas memediasi jika dibutuhkan. Memang ada sebagian warga yang belum mau melepaskan lahannya, harapan kami semua bisa mendukung karena keberadaan pabrik akan menyerap 30.000 pekerja. Lalu akan menggerakkan perekonomian warga karena yang jelas kalau ada pabrik pasti kos-kosan akan laku, lalu warga juga bisa buka usaha jualan makanan minuman. Tapi sekali lagi, pihak desa ada di tengah-tengah,” ujarnya. Wardoyo