Beranda Edukasi Pendidikan Keren! Mahasiswa KKN DDP UNS-IPB Harus Blusukan ke Hutan di Pelosok Wonogiri

Keren! Mahasiswa KKN DDP UNS-IPB Harus Blusukan ke Hutan di Pelosok Wonogiri

Mahasiswa KKN DDP di Paranggupito, Wonogiri tengah mengoperasikan drone / Foto kolase: Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kuliah Kerja Nyata bertema Data Desa Presisi (KKN DDP) kolaborasi antara UNS Surakarta dan IPB Bogor di Desa Paranggupito, Wongiri berlangsung cukup heroik.

Pasalnya, untuk mengejar presisi data spasial batas desa, terkadang tim harus blusukan ke tengah hutan perbatasan Wonogiri dengan daerah  lain.

KKN DDP tersebut berlangsung selama 45 hari, dan para mahaswa diterjunkan mulai 4 Juli 2022 hingga 18 agustus 2022.

Secara umum, program kerja KKN DDP terbagi menjadi dua bagian besar, yakni program kerja bidang spasial dan program kerja bidang, yang kedua-duanya fokus pada pembenahan serta pembaruan data desa.

Tim Spasial bertugas membuat data berupa luaran peta desa dengan terjun langsung ke lapangan menggunakan drone serta pengolahan hasil menjadi 5 peta dasar yaitu adminisratif, topografi, penggunaan lahan, infrastruktur, dan orthophoto.

Sementara itu, tim sosial bertugas melakukan sensus penduduk dengan menggunakan aplikasi MERDESA, yang berisi data numerik warga desa  secara detail.

Mahasiswa KKN DDP tengah memberikan penjelasan kepada masyarakat Paranggupito, Wonogiri sebelum melakukan praktik lapangan / Foto: Istimewa

Data-data sosial tersebut menyangkut seputar data bantuan atau jaminan sosial hingga estimasi refresing tiap tahun dan data lain-lainnya.

Tenaga Ekstra

Ketua Tim Spasial KKN DDP UNS-IPB, Muhammad Alfa Daffadhiya Setiawan menjelaskan,  pencarian data dengan menggunakan drone, butuh tenaga ekstra.

Pasalnya, wilayah Desa Paranggupito masih lebih dominan alas atau hutan, sehingga tim spasial harus siap dengan segala medan untuk mencapai titik batas desa, agar drone dapat terbang di titik koordinat yang tepat dan aman.

“Ketika batas desanya mengharuskan masuk hutan, kita harus siap ‘babat alas’, dengan membawa alat seadanya dan yang tidak boleh tertinggal yaitu sepatu gunung yang savety agar tidak terkena bahaya,” kata dia.

Pengambilan citra drone dengan melewati beberapa bukit atau hutan terjal dibagi menjadi sebanyak 62 misi, per 15 menit dengan menghasilkan kurang lebih 200 foto.

“Untuk cuaca tidak terlalu menjadi kendala, tapi mencari titik koordinat yang harus masuk hutan. Ini yang secara spontan memunculkan inisiatif untuk membentuk tim baterai drone,” ujarnya.

Dengan adanya tim baterai tersebut, jelas Alfa, dia yang bertugas mengantar ke titik terdekat, apabila tim spasial kehabisan baterai drone. Sebab, kondisi jarak yang jauh dan kontur yang naik turun, menurut Alfa, menjadi kendala tersendiri.

“Tapi justru itu yang membuat seru dan semua misi berhasil dilaksanakan dengan baik,” ungkap dia.

Kemudian, foto hasil drone diolah lagi untuk menghasilkan keseluruhan gambar secara presisi.

Tantangan lain yang dihadapi tim spasial, jelas Alfa, adalah sulitnya akses sinyal dalam proses pengolahan data. Untung saja, tim terbantu oleh kerja sama yang baik dari pihak desa, yang dengan senang hati  menyediakan WiFi secara gratis di beberapa titik.

Baca Juga :  Prof. Dr. Sri Yamtinah Dikukuhkan sebagai Guru Besar Evaluasi dan Pembelajaran Kimia di UNS

“Bantuan ini sangat mempermudah proses kerja kami,” ujarnya.

Warga Sangat Antusias

Semantara itu, tim bidang sosial memiliki tugas untuk mencari data numerik warga Desa Paranggupito, Wonogiri.

Ketua tim sosial, Risga Daffa menjelaskan, proses kerja tim sosial dilakukan dengan kerja sama bersama warga desa yang disebut sebagai enumerator atau pengambil data sensus.

Para enumerator dipilih berdasarkan perekrutan yang dilakukan mahasiswa bersama perangkat desa melalui FGD Lokakarya.

“Lokakarya ini dilakukan agar lebih mudah melakukan kegiatan sensus sesuai dengan wilayah enumerator masing-masing,” ujarnya.

Dalam aplikasinya di lapangan, lanjut Risga, sensus dilakukan dengan menggunakan aplikasi MERDESA yang sudah disesuaikan dengan hasil titik koordinat tim spasial melalui citra drone.

“Kompilasi data spasial dengan data sosial ini nanti menghasilkan data kependudukan yang lebih up to date,” bebernya.

Kepala Desa Paranggupito, Dwi Hartono mengakui, KKN DDP ini sangat berbeda dari KKN pada umumnya. Ilmu dalam KKN DDP ini menjadi ajang untuk mengimplementasikan ilmu secara langsung ke masyarakat serta menghasilkan data yang bersifat jangka panjang untuk desa.

“Karena itu, saya imbau seluruh perangkat desa untuk mengabarkan bahwa akan ada sensus yang dilakukan mahasiswa KKN, sehingga sudah harus menyiapkan kartu keluarga, KTP, akte bahkan sertifikat tanah,” ujar Dwi Hartono.

Risga mengatakan, saat terjun di lapangan, sambutan terbuka dan hangat selalu dirasakan oleh mahasiswa KKN. Sebagaimana dalam melakukan proses Sensus, seluruh warga sangat supportif dan mengikuti arahan dari perangkat desa.

“Sikap  warga yang kooperatif dan terbuka menerima kami, sangat-sangat membantu proses kerja kami,” ujar Risga.

Saat melakukan Sensus, warga sudah menyiapkan berkas-berkas yang diperintahkan oleh bapak Kepala Desa, sehingga kami merasa sangat terbantu serta keramahan warga Paranggupito yang sangat baik, bahkan keramahan warganya mungkin sudah jarang ditemukan di perkotaan.

“Pengolahan data sensus terus dilakukan hingga menghasilkan luaran berupa gabungan hasil data spasial dan sosial yaitu buku monografi dan besar harapan kami dengan hasil data presisi ini berguna untuk desa Paranggupito,” tambahnya.

Membaur dalam Tradisi Masyarakat

Selain program kerja yang padat, ternyata keindahan Desa Wisata Paranggupito sangat sulit untuk dilewatkan begitu saja.

Mahasiswa KKN DDP ikut langsung dalam tradisi Rasulan di Paranggupito, Wonogiri / Foto: Istimewa

Desa dengan segudang kebudayaan itu, berhasil membuat para mahasiswa KKN DDP seperti menemukan keluarga baru.

Dalam perjalanan pelaksaan program kerja, mahasiswa KKN juga ikut serta dalam kegiatan kebudayaan seperti ‘Rasulan’. Rasulan adalah kegiatan bersih desa, yang merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan yang dilakukan setahun sekali.

Dalam tradisi rasulan itu, warga membuat gunungan yang berisi hasil bumi seperti kacang, singkong, terong, kelapa, dan masih banyak lagi.

Baca Juga :  Prof. Dr. Sri Yamtinah Dikukuhkan sebagai Guru Besar Evaluasi dan Pembelajaran Kimia di UNS

Upacara rasulan dipimpin oleh sesepuh desa, yang dalam rangkaiannya menampilkan berbagai seni, seperti cokekan, jatilan hingga reog.

“Semua tradisi di desa Paranggupito sangat indah dan sakral. Tetapi satu upacara yang membuat saya bersyukur KKN di desa Paranggupito yaitu untuk pertama kalinya saya melihat upacara Labuhan secara langsung,” ujar Risga.

Dalam tradisi upacara Labuhan, warga melarung satu kepala sapi pada saat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H atau 1 Suro, yang tahun 2022 ini berlangsung pada Sabtu (30/7/2022).

“Labuhan Desa Paranggupito berlangsung di Pantai Sembukan yang juga merupakan salah satu destinasi Desa Wisata Paranggupito,” papar Risga.

Tradisi Labuhan di Paranggupito dipimpin oleh sesepuh desa, dan  diikuti warga Desa dengan mengenakan pakaian adat Jawa lurik dan kebaya.

Tak ketinggalan, mahasiswa KKN DDP turut mengikuti dan mengenalkan kegiatan budaya melalui berbagai sosial media, salah satunya Instagram @paranggupitoaja yang aktif mempublish berbagai kegiatan KKN sekaligus bermasyarakat.

Tidak berhenti sampai di situ, Risga mengatakan, kegiatan Labuhan dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk di Pantai Sembukan. Penonton pertunjukan wayang bukan hanya warga Desa Paranggupito, namun datang juga dari luar daerah.

Sementara itu, Kepala Dusun Paranggupito sekaligus salah satu perangkat desa yang aktif berinteraksi dengan mahasiswa, Ponco Waluya mengungkapkan harapanya akan hasil yang baik setelah KKN usai.

“Harapan kami dari pihak desa, mahasiswa KKN tidak hanya menyelesaikan program kerja wajib dari kampus, tapi kalian juga bisa merasa kerasan dengan kehidupan di desa dengan seluruh dinamikanya,” ujar Ponco.

Untuk diketahui, KKN DDP di Paranggupito, Wonogiri terdiri dari 12 personel yang masing-masing adalah Meita Indah Setyaputri, Ida Nur Aini, Diah Ayu P.S, Roslila Anggraeni, Risga Daffa Pradana, Ainun Rahmansyah Gaffar, Mohammad Rifki, Wahidun Ardi Nurfajar, Candra Gumelar dan Catur Prihantono, yang berasal dari UNS Surakarta.

Sementara dua orang mahasiswa, yakni Serli Jauhari dan  Muhammad Alfa Daffadhiya Setiawan merupakan mahasiswa IPB Bogor. Redaksi