BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Boyolali Heritage Society (BHS) memiliki cara unik untuk menyuarakan keprihatinan terkait masih gelapnya kelanjutan ekskavasi Situs Watugenuk di Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo. Pasalnya, hampir setahun berlalu sejak ekskavasi situs, namun hingga kini belum ada tindak lanjut.
“Ya, kami merasa prihatin dengan kondisi Situs Watugenuk,” ujar Ketua BHS, Kusworo Rahardyan, Kamis (8/9/2022).
Dijelaskan, bekas lubang galian eksvakasi struktrur batu candi dibiarkan tetap terbuka. Padahal, Situs Watugenuk ini merupakan gambaran struktur candi yang masih utuh. Sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan restorasi.
“Lebih 90 persen kunci-kunci atau struktrur batu candi masih utuh. Bahkan pipih tangganya juga masih utuh.”
Untuk itulah, kritikan halus khas BHS pun dilakukan dengan cara melakukan kegiatan bersih-bersih di Situs Watugenuk. Belum lagi status BPCB akan berubah dan digabung antara Jateng dengan DIY.
Sehingga dikhawatirkan Situs Watugenuk makin terpinggirkan.
Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah daerah dapat segera melakukan tindak lanjut dengan melakukan kajian arkeologis.
“Dan penting juga untuk penetapan zonasi. Kalau tidak segera ada zonani, maka situs ini akan terkupeng kawasan perumahan yang terus berkembang.”
Ditambahkan, Situs Watugenuk sangat unik. Utamanya pada bagian yoni. Dari sekian banyak temuan yoni di Boyolali, hanya di Situs Watugenuk ini, ada Yoni dengan Padma atau bunga yang disangga Garuda dan kura- kura.
“Padma disangga Garuda dengan kura-kura ini hanya disini. Biasanya hanya disangga ular, tapi ini disangga garuda dan hanya ada disini. Ini terasa sangat istimewa.” Waskita