Beranda Umum Nasional Dianggap Tak Terlibat Pembentukan Dewan Kolonel, Puan Maharani Tak Dijatuhi Sanksi Apapun

Dianggap Tak Terlibat Pembentukan Dewan Kolonel, Puan Maharani Tak Dijatuhi Sanksi Apapun

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah), bersama Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani (kiri) dan Muhammad Prananda Prabowo (kanan) makan bakso usai penutupan Rakernas II PDI Perjuangan di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (23/6/2022) / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Dianggap tidak terlibat, DPP PDIP tidak memberikan sanksi apapun kepada Puan Maharani atas terbentuknya Dewan Kolonel.

Diketahui, kelompok tersebut merupakan wadah sejumlah anggota DPR fraksi PDIP yang mendukung Puan Maharani sebagai Calon Presiden 2024.

“Mbak Puan sendiri tidak terlibat dalam proses itu,” kata Ketua Bidang Kehormatan PDIP Komarudin Watubun dalam konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (26/10/2022).

Puan tidak dikenai sanksi meskipun PDIP sudah melayangkan surat teguran kepada Dewan Kolonel.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan Dewan Kolonel tidak dikenal dalam AD/ART partai.

Dia menyebut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menegaskan disiplin partai mesti ditegakkan tanpa pandang bulu, termasuk kepada Dewan Kolonel.

“Partai tidak mengenal dalam AD/ART adanya Dewan Kolonel,” kata Hasto Kristiyanto di Jakarta Pusat, Minggu (23/10/2022).

Beda dengan Puan, beberapa kader lain kena sanksi. Contohnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dapat teguran lisan karena menyatakan dirinya siap jadi Capres.

Mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo atau FX Rudy dapat peringatan keras dan terakhir karena terang-terangan mendukung Ganjar jadi Capres.

Sanksi untuk Ganjar dan Rudy diumumkan terbuka dalam konferensi pers, tidak seperti sanksi untuk Dewan Kolonel.

Hasto mengakui Dewan Kolonel juga sudah dikenai sanksi dan diumumkan dalam rapat internal DPP PDIP.

Komarudin juga menyebut sanksi untuk Dewan Kolonel memang sudah disampaikan secara internal DPP.

PDIP baru belakangan menyampaikan tindakan untuk Dewan Kolonel, karena memang keberadaan kelompok ini sudah kadung diketahui publik.

“Tapi di DPP, di internal (sanksi) disampaikan,” kata dia.

Tindakan Dewan Kolonel, kata dia, memang pelanggaran berat karena membuat organisasi di luar AD/ART partai.

Nama-nama mereka yang terlibat di Dewan Kolonel pun, kata Komarudin, muncul di media salah satunya di Majalah Tempo.

Komarudin pun mengklaim sudah menghubungi mereka yang disebut terlibat di dalam Dewan Kolonel dan menyebut sebagian juga tidak mengerti dengan keberadaan kelompok itu.

Baca Juga :  Bertemu Jokowi di Tengah Isu Reshuffle, Budi Arie Klaim Bahas Partai “Super Tbk”

Meski demikian, Komarudin menyebut pemanggilan untuk mereka yang diduga terlibat Dewan Kolonel masih berlangsung.

“Ini kami lagi persiapan untuk panggilan gelombang berikutnya, untuk klarifikasi, kami tertibkan semua,” ujarnya.

Komarudin menegaskan lagi kalau Dewan Kolonel hanyalah inisiatif sejumlah kader, tanpa keterlibatan Puan.

Ia menyadari ada kader yang kadang terlampau kreatif dan mencari muka.

“Harus kami tertibkan, itu bukan menolong pemimpin, tapi menjerumuskan,” kata dia.

Pernyataan Komarudin itu bertolak belakang dengan anggota DPR Fraksi PDIP Johan Budi, yang menyatakan keberadaan Dewan Kolonel telah diketahui dan disetujui oleh Puan.

Menurut Johan, Dewan Kolonel saat ini berisi 12 orang.

Di antaranya Johan Budi sebagai inisiator, Trimedya Panjaitan selaku koordinator, serta Bambang Wuryanto dan Utut Adianto selaku Jenderal.

Johan menyebut Utut Adianto telah menghadap Puan untuk melaporkan keberadaan Dewan Kolonel.

 

“Berkembang terus. Lalu dilaporkan ke Mbak Puan. Mbak Puan setuju,” kata Johan di Gedung DPR, Selasa (20/9/2022).

Johan menyatakan, Dewan Kolonel sebagai tempat berkumpulnya penggemar Puan Maharani. Kelompok ini dibentuk tiga bulan lalu.

Dia mengatakan Dewan Kolonel kerap mengadakan rapat untuk berdiskusi serta membahas konsep untuk mendukung Puan Maharani sebagai calon presiden.

Dewan Kolonel disebut Johan turut mendirikan basecamp di Jakarta sekitar sebulan lalu. Posko ini, kata dia, dipersiapkan untuk mendukung Puan.

Namun, ia mengatakan bakal tetap menunggu keputusan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP untuk mulai bergerak.

“Kita gerak untuk Mbak Puan, tapi tentu kita menunggu keputusan Ibu Ketua Umum. Persiapan dulu, sudah ada posko. Ini buat persiapan kalau Mbak Puan ditunjuk oleh Bu Mega,” kata Johan.

Sehari kemudian, Puan menilai keberadaan  Dewan Kolonel sebagai hal yang sah-sah saja. Sikap Puan itu berbeda dengan Hasto yang memberi pernyataan tegas kalau Dewan Kolonel tak sesuai AD/ART partai.

Baca Juga :  Hasto Kristiyanto Sebut Kasusnya Bermuatan Politik, KPK Bantah Tegas

Puan mengaku telah mendengar pembentukan Dewan Kolonel. Menurutnya, keberadaan Dewan Kolonel sah-sah saja selama didasari semangat gotong royong.

“Saya berharap Dewan Kolonel dapat membantu menjalankan tugas-tugas partai, khususnya sesuai arahan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, terkait persiapan menghadapi Pemilihan Umum 2024,” kata Puan dalam keterangannya, Rabu (21/9/2022).

Beberapa hari kemudian, Puan juga angkat bicara soal keberadaan Dewan Kolonel.

“Jadi apapun bentuknya, namanya, itu hanya nama dan bentukan,” kata Puan Maharani dalam konferensi pers saat pertemuan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Minggu (25/9/2022).

Keduanya hari ini berziarah ke makam almarhum Taufiq Kiemas, ayah Puan, di Taman Makam Pahlawan atau TMP Kalibata, Jakarta Selatan.

Dalam pertemuan, Cak Imin pun mendoakan Puan jadi presiden dan berharap dia minimal jadi wakilnya.

Puan lantas meminta seluruh pengurus di struktur partai, simpatisan, legislatif, hingga eksekutif menjalankan instruksi Megawati untuk turun ke masyarakat.

“Sambangi rakyat, tangkap aspirasi rakyat, dan tentu saja menangkan PDIP di Pemilu 2024,” kata dia.

www.tempo.co