JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Mohammad Syahril menjelaskan gangguan ginjal akut diawali atau ditandai dengan berkurangnya frekuensi buang air kecil, dan sedikitnya jumlah urine yang keluar.
“Nah ini khasnya, yaitu ditandai dengan frekuensi buang air kecil. Yang kedua, jumlahnya juga,” ujar Syahril dalam diskusi daring Polemik Trijaya ‘Misteri Gagal Ginjal Akut’, Sabtu (22/10/2022).
Hal itulah yang perlu diperhatikan oleh masyarakat. Masyarakat khususnya para ibu diharap memperhatikan bagaimana frekuensi dan jumlah urine anak per hari.
“Kalau biasanya anak kita buang air kecil sampai 12 kali sehari, tapi kok sekarang berkurang. Begitu juga jumlahnya, biasanya banyak sekarang sedikit. Itu tanda-tanda khas,” jelas dia.
Jika gangguan ginjal akut tersebut menuju pada gagal ginjal, maka yang terjadi adalah tubuhnya tak lagi bisa mengeluarkan urine.
“Lebih jauh lagi, sampai ada anak-anak yang betul-betul tidak bisa keluar air kencingnya, Nah ini yang banyak meninggal karena sudah terlambat,” kata Syahril.
“Begitu sudah terjadi gagal ginjal, karena tidak bisa memproduksi urine, metabolisme sudah rusak, ginjalnya sudah rusak,” tutupnya.
Diketahui, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan berdasarkan perkembangan terbaru, teridentifikasi sebanyak 241 kasus gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) pada anak-anak tersebar di 22 provinsi.
Dari jumlah tersebut, 133 pasien atau 55 persen diantaranya meninggal dunia.
Jumlah kasus tersebut kata Budi, meningkat pesat sejak bulan Agustus. Di mana pada Agustus tercatat 36 kasus, September terjadi 78 kasus, dan pertengahan Oktober 110 kasus.
Gangguan ginjal akut ini juga mayoritas menyerang balita atau bayi di bawah lima tahun.
Adapun gejala klinis yang nampak adalah demam, kehilangan nafsu makan, malaise, mual, muntah, ISPA, diare, nyeri bagian perut, dehidrasi hingga pendarahan.
Dilaporkan sebanyak 29 persen pasien alami gejala anuria atau tidak adanya urine, atau urine keluar dengan jumlah sedikit (oliguria).
Adapun dugaan awal dari gangguan gagal ginjal pada anak ini terjadi karena konsumsi obat-obatan yang mengandung senyawa Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG), atau obat-obatan jenis sirop.