Site icon JOGLOSEMAR NEWS

24 Petani Sragen Tewas Kesetrum Jebakan Tikus, Kapolres Keluarkan Peringatan Keras. Pemasang Bisa Dipidana!

Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama. Foto/Wardoyo

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Rentetan kasus kematian petani akibat perangkat setrum jebakan tikus di Sragen sudah merenggut 24 nyawa.

Tragedi itu pun memantik empati dan keprihatinan dari sejumlah pihak. Tak terkecuali Kapolres Sragen, AKBP Piter Yanottama.

Prihatin banyaknya korban tewas, ia pun melontarkan imbauan akan bahaya pemasangan setrum jebakan tikus.

“Sekali lagi kami imbau kepada petani untuk tidak lagi memasang perangkap setrum jebakan tikus. Karena selain membahayakan keselamatan dirinya, juga bisa membahayakan orang lain. Dan apabila memakan korban orang lain, bisa berimplikasi hukum dan diproses pidana,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Senin (7/11/2022).

Rentetan kejadian petani tewas kesetrum jebakan tikus dan kondisi para korban dalam kurun 1,5 tahun terakhir. Foto kolase/Wardoyo

Kapolres berdarah Magetan itu menyampaikan dari 24 kasus kematian yang terjadi dalam kurun 3 tahun, mayoritas memang menimpa pemasang dan pemilik sawah.

Sehingga tidak bisa diproses hukum. Akan tetapi jika korbannya adalah orang lain, tidak menutup kemungkinan akan berimplikasi hukum.

Karenanya, ia mengimbau agar petani menghentikan pemasangan setrum jebakan tikus dan mengganti dengan solusi lain yang lebih aman.

Misalnya dengan emposan, gropyokan serentak dan rutin, pemasangan umpan, atau cara lain yang lebih ramah lingkungan.

“Memang dari keterangan petani, setrum itu lebih efektif, tapi harus diingat risikonya sangat besar. Tidak sebanding dengan risikonya apabila akhirnya mengakibatkan kematian. Jangan sampai niatnya menyelamatkan tanaman malah berakibat fatal,” jelasnya.

Terkait insiden terakhir yang menimpa Sukardi (59) petani asal Dukuh Dalungan RT 1/1, Desa Kedungupit, Sragen, Kapolres menegaskan sebenarnya sosialisasi larangan sudah terus digencarkan melalui peran Bhabinkamtibmas bersama Babinsa maupun tokoh masyarakat dan desa.

Namun terkadang petani masih nekat memasang secara diam-diam. Karenanya ia berharap peran aktif semua pihak untuk sama-sama mengingatkan apabila di sekitarnya masih ada petani yang memasang setrum jebakan tikus.

“Personel di Polsek juga kita dorong untuk bersama aparat desa dan unsur lain terus sosialisasi. Kalau masih ada yang masang disarankan untuk dilepas dan diganti solusi yang lebih aman,” tandasnya.

Sebelumnya, kasus kematian petani akibat setrum jebakan tikus kembali terjadi pada Sukardi.

Ia tewas kesetrum jebakan tikus di sawahnya sendiri, Senin (31/10/2022) pagi, menyisakan cerita lain.

Ternyata, petani paruh baya itu nekat memasang perangkat jebakan tikus beraliran listrik meski larangan dan imbauan sudah sering disampaikan.

“Sebenarnya imbauan, larangan sudah terus kami sampaikan. Lewat pertemuan-pertemuan dan lewat Ketua RT maupun perangkat. Sejak ada kasus-kasus kesetrum jebakan tikus dan larangan dari Pemkab, kami terus sosialisasi. Tapi namanya orang banyak, masih ada yang nekat nglimpe (diam-diam masang),” papar Kades Kedungupit, Eko Hartadi kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Selasa (1/11/2022).

Eko menguraikan sebenarnya saat ini belum ada tanaman padi dan mayoritas petani masih menunggu persemaian.

Intensitas hama tikus saat ini juga tak separah pada musim-musim sebelumnya.

Pihaknya juga tak menyangka jika ada warganya yang masih nekat memasang perangkap jebakan tikus beraliran listrik.

Kades menyampaikan jenazah almarhum sudah langsung dimakamkan siang kemarin pukul 13.30 WIB. Usai dilakukan visum, jenazah langsung diserahkan pihak keluarga untuk dimakamkan.

Sebelumnya, Sukardi meregang nyawa tersengat kabel jebakan tikus beraliran listrik yang dipasangnya di persemaian padi.

Diduga Terpeleset 

Hasil olah TKP polisi mendapati, insiden tragis itu terjadi pukul 09.10 WIB. Menurut keterangan saksi, kronologi tragedi setrum jebakan tikus itu berawal ketika korban berangkat ke sawah pukul 08.20 WIB.

Korban berangkat membawa tangki untuk menyemprot persemaiannya. Setiba di sawah, korban sempat menyemprot persemaian padinya.

Diduga kuat, korban terpeleset dan kemudian kesetrum jebakan tikus sehingga kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia.

Korban ditemukan tak lama kemudian saat petani tetangganya, Pramono (47) curiga ada tangki tergeletak di dekat persemaian sawah korban.

Saat didekati, ternyata korban sudah ditemukan telungkup tak bergerak sembari menggendong tangki.

Saat dicek, saksi memperhatikan keadaan sekitar dilihat lampu tanda jebakan tikus dalam keadaan mati. Kemudian mengecek saklar jebakan tikus masih hidup dan langsung dimatikan.

“Selanjutnya saksi lergi untuk mematikan saklar utama. selanjutnya dengan kejadian tersebut melaporkan ke Polsek Sragen Kota,” papar Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama melalui Kasi Humas Iptu Ari Pujiantoro, Senin (31/10/2022).

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Medis Puskemas Sragen Kota dan Tim Inafis Polres Sragen, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan di tubuh korban.

Iptu Ari menyampaikan hasil pemeriksaan, disimpulkan korban meninggal dunia murni karena tersengat aliran listrik jebakan tikus di sawahnya sendiri.

“Keluarga menerima kejadian tersebut sebagai takdir dan keberatan dilakukan otopsi. Sehingga kemudian jenazah korban diserahkan kepada keluarga untuk proses pemakaman,” urainya.

Kondisi Mbah Sukardi, petani Desa Kedungupit, Sragen yang tewas kesetrum jebakan tikus di sawahnya, Senin (31/10/2022). Foto/Wardoyo

Kematian Mbah Sukardi menambah panjang daftar petani Sragen yang tewas kesetrum jebakan tikus di sawah. Total hingga kini sudah 24 orang tewas kesetrum jebakan tikus selama kurun 3 tahun terakhir.

Dari jumlah itu, 2 di antaranya perangkat desa dan 22 sisanya adalah petani. Dari 24 kasus itu, ada 2 korban yang merupakan warga di luar pemasang dan 22 lainnya adalah petani pemasang dan pemilik sawah. Wardoyo

Exit mobile version