SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus dugaan perundungan atau bullying yang menimpa SF (15), siswi kelas X SMAN 1 Sumberlawang, gegara tidak berjilbab, mendapat atensi dari DPRD Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jateng, Mukafi Fadli justru tidak sependapat kasus perundungan yang diduga dilakukan guru itu dilaporkan kepolisian.
Menurutnya, akan lebih bijak, kasus itu bisa diselesaikan dengan cara duduk bersama pihak sekolah, guru, dan orang tua siswi.
Pasalnya ia meyakini tidak ada niatan dari sang guru untuk menekan apalagi membully. Hanya saja nasehat untuk berhijab itu dimungkinkan diberikan dengan penyampaian yang kurang pas.
“Saya rasa tidak perlu sampai ke ranah hukum, lapor ke polisi. Pihak sekolah harus secepatnya mengambil inisiatif mempertemukan guru dan orangtua siswi untuk penyelesaian secara kekeluargaan,” papar Mukafi ditemui usai menjadi pembicara Seminar Kebangsaan, Civic Education, dan Cinta Tanah Air, di Gedung KPRI Krapyak Sragen, Jumat (11/11/2022).
Legislator asal PKB itu mengatakan menyikapi kasus itu, semua pihak harus arif dan bijaksana melihat dari berbagai aspek
Ia memandang smapa yang disampaikan oleh guru adalah bentuk nasihat yang sebenarnya dalam Islam memang dianjurkan untuk menutup aurat. Apalagi yang diberi nasihat adalah juga pemeluk Islam.
“Mestinya ini tidak jadi masalah karena tugas guru memang mendidik dan membimbing siswi. Kecuali kalau yang dinasehati adalah non muslim, tentu itu kesalahan,” tandasnya.
Hanya saja, Mukafi menilai cara guru dalam menyampaikan nasihat mungkin kurang pas atau dinilai berlebihan.
“Di era medsos seperti sekarang, apa-apa dengan gampang diviralkan. Padahal kami yakin niat guru baik, semua demi kebaikan siswi. Saya jadi ingat saat sekolah dulu, betapa guru-guru kita mendidik dengan keras, bahkan sampai dipukul kalau kita salah. Dan itu tidak pernah menjadi masalah, karen itu salah satu membangun mental dan karakter,” tandasnya.
Mukafi mengaku akan mendesak Pemprov Jateng segera membuat guard atau batas-batas yang disepakati bersama sehingga tidak ada lagi masalah serupa di kemudian hari.
Semua pihak, baik itu dinas pendidikan, kepala sekolah dan guru harus duduk bersama merancang aturan atau batasan dalam memberikan pembelajaran.
Sementara, kondisi SF sendiri hingga kini masih trauma. Bahkan menurut sang ayah, Agung Purnomo (47), putrinya kini tak berani berangkat sekolah.
“Kondisi anak sekarang nggak berani sekolah, karena merasa takut,” katanya Jumat (11/11/2022).
Agung mengaku masih memberikan semangat berupa kata-kata motivasi kepada sang anak.
“Saya tadi malam sampai jam 01.30 WIB, saya berusaha ayolah semangat, masa kita cemen, kayak gitu aja takut, buktikan kalau kalian tidak seperti itu dan kalian bisa melewati semua,” ucapnya menirukan perkataan yang ditujukan kepada putrinya.
Sementara, SF terus mendapatkan dukungan dari teman-teman sekelasnya yang mengirimkan surat-surat berisi kata-kata motivasi. Teman-teman sekelasnya berkirim surat agar S tidak pindah sekolah dan mau kembali ke sekolah lagi. Wardoyo