Beranda Umum Nasional Impor 500.000 Ton Beras Dinilai untuk Atasi Ancaman Ketahanan Pangan Nasional

Impor 500.000 Ton Beras Dinilai untuk Atasi Ancaman Ketahanan Pangan Nasional

Pekerja mengangkut beras di toko grosir CV Rejekiku di pertokoan Pasar Besar, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (25/11/2022) / tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Rencana pemerintah yang akan mengimpor beras sebesar 500.000 ton, dipandang sebagai upaya untuk mengatasi ancaman ketahanan pangan nasional.

Hal tersebut disampaikan oleh peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Hasran.

Pasalnya, menurut Hasran, stok beras Bulog saat ini sudah dalam kondisi yang rendah. Menurut dia, ancaman itu bakal terjadi apabila Perum Bulog tidak bisa menambah stok beras hingga 1,2 juta ton sampai akhir tahun dari stok sebesar hampir 600 ribu ton per 22 November 2022.

Sementara, lanjut Hasran, Bulog mengalami kesulitan dalam menyerap beras dalam negeri mengingat harga gabah yang sudah lebih tinggi dari harga beli Bulog, sekitar Rp 4.200 per kilogram.

Impor beras yang terencana dan didasarkan atas perkiraan produksi dan harga di dalam negeri, dan bukan impor yang sifatnya reaktif, akan dapat mencegah terjadinya ancaman kekurangan stok beras nasional Perum Bulog seperti yang terjadi sekarang ini,” kata Hasran dalam keterangannya, dikutip Sabtu (10/12/2022).

Baca Juga :  Gus Yahya Tolak Hadiri Pleno Syuriyah PBNU, Sebut Upaya Pemakzulan Tak Sah

 

Dikatakan Hasran, solusi impor beras yang dilakukan secara terencana merupakan hal penting, mengingat ketersediaan cadangan beras tidak mencukupi hingga waktu panen mendatang.

“Impor juga merupakan solusi logis mengingat harga beras nasional cenderung masih lebih mahal dibandingkan di pasar internasional, termasuk di beberapa negara tetangga seperti Filipina dan Thailand,” tuturnya.

Lebih lanjut, Hasran mengatakan proses produksi beras Indonesia disebutnya belum efisien, sehingga hal itu sebagai dampak naiknya harga beras.

“Melihat urgensi perlunya kepastian Perum Bulog memiliki stok yang mencukupi, seharusnya pemerintah mempertimbangkan opsi impor beras selain penyerapan dari dalam negeri,” ujar Hasran.

Dikatakan Hasran, CIPS merekomendasikan upaya peningkatan produktivitas pangan dan peningkatan kapasitas petani agar terus dilakukan.

Termasuk dengan adopsi teknologi pertanian, modernisasi dan menarik investasi di bidang pangan dan pertanian.

Baca Juga :  Komisi IV Semprot Menteri Kehutanan: “Tak Punya Hati Nurani, Kalau Tak Mampu Mundur!”

“Proses produksi yang efisien merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing beras dalam negeri,” tegasnya.

www.tribunnews.com

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.