Beranda Daerah Solo PKL Taman Jurug Tolak Dipindah, Disdag Solo Beri Waktu 1 Bulan. Tetap...

PKL Taman Jurug Tolak Dipindah, Disdag Solo Beri Waktu 1 Bulan. Tetap Menolak, Jatah Shelter Hilang

Konsep baru Taman Satwa Taru Jurug ke depan / Foto: Ando

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo memberikan penawaran terakhir pada pedagang kaki lima (PKL) yang bergabung di PBTJ (Persatuan Bakul Taman Jurug) untuk pindah berdagang di Shelter Manahan usai Jurug direvitalisasi.

Dinas Perdagangan Kota Solo bahkan memberikan tenggat waktu selama satu bulan untuk memikirkan hal tersebut.

“Saya komitmen, saya batasi sampai satu bulan. Kalau lebih dari satu bulan tidak ada respon dengan berat hati shelter akan kami alihkan kepada calon-calon yang sudah memohon untuk berjualan di sana,” ujar Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi ditemui usai audiensi di UNS In, Kamis (29/12/2022).

Dinas Perdagangan Kota Solo mengaku telah menyiapkan sebanyak 70 shelter di Manahan namun dengan beberapa ketentuan yaitu ditempatkan di shift malam.

Disinggung soal nasib PKL yang berjualan oleh-oleh khas TSTJ mulai dari kaos hingga pernak-pernik lainnya, Heru mengatakan bahwa pihaknya berharap agar PKL beralih model jualannya dari oleh-oleh menjadi kuliner.

Baca Juga :  Jokowi Blusukan Bersama Respati-Astrid di Pasar Klithikan Notoharjo

“Saya berharap para PKL jurug beralih profesi karena di Manahan itu kan zonasi kuliner. Agar tidak menjadi pasar tiban jika ada yang jualan kaos, mainan anak-anak dan lain sebagainya,” ujarnya.

Disdag bahkan mengaku akan mengadakan pembinaan untuk para PKL.

Sementara itu, Ketua PBTJ Sarjuni mengatakan bahwa pihaknya masih kekeh untuk menolak pemindahan yang ditawarkan oleh Pemkot Solo.

“Deadlock kita tolak, Kemarin anggota kita kumpulkan minta bagaimana tapi tetep minta eksis, ya sudah kita sampaikan pokoknya saya menyampaikan dari pendapat para anggota,” katanya.

Di lain pihak, Direktur Umum TSTJ, Bimo Wahyu Widodo, mengutarakan bahwa secara desain  nantinya TSTJ yang berganti nama menjadi Solo Safari tidak ada konsep untuk pedagang kaki lima.

“Kami melaksanakan kebijakan, secara desainnya memang tidak ada untuk pedagang kaki lima. Jadi sosialisasi kami lakukan, tapi mereka belum mau menerima. Inikan masalah mau tidak mau. Kalau mau pasti bisa, kewajiban pemerintah Surakarta menempati tempat baru pasti ada pembinaan. Kami juga menggandeng pegadaian untuk dibranding maupun dicarikan modal kerjanya,” pungkas Bimo. Ando