![0301 - kakao](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2023/01/0301-kakao.jpg?resize=640%2C480&ssl=1)
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Mahasiwa Universitas Muhammadiyah Surakartaa (UMS) yang tergabung dalam tim PPK Ormawa MPA Sangguru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menggelar pengabdian dan pemberdayaan masyarakat di Kulonprogo dan Gunungkidul.
Ketua tim, Widi Agustini yang merupakan Mahasiswa Pendidikan Geografi menjelaskan, PPK Ormawa merupakan program yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek Dikti) dengan masyarakat sasaran pengabdian, yakni masyarakat Desa Nglegi, Kecamatan Patuk, Gunungkidul.
“Kami kerja sama dengan petani porang Desa Nglegi yang tergabung dalam P3N (Petani Penggiat Porang Nusantara) dan dalam kelompok industri rumah tangga Bingkon Kakao,” papar Widi Agustini melaui rilisnya ke Joglosemarnews.
Widi menjelaskan, melalui kerja sama tersebut, mereka ingin meningkatkan kapasitas kelompok sociopreneur Porang dan Kakau di Desa Nglegi berbasis Tripple Bottom Line of Sustainability untuk menuju Desa Agroedutourism.
Dikatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbaiki performa usaha dari Kelompok Wirausaha Tani Ngudi Mulyo yang bergerak dalam produksi cokelat.
“Terutama untuk mengatasi persoalan terkait human capacity, produksi, hingga permasalahan tentang marketing,” jelas Widi lebih lanjut.
Dalam kegiatan itu, mereka membandingkan performa usaha antara rumah industri Bingkon Kakao dengan Won.dis Cokelat dengan tujuan untuk meng-upgrade Bingkon Kakao agar lebih baik lagi.
Kunjungan edukatif tersebut diikuti oleh 10 orang pengurus kakao dan lima orang petani porang di Desa Nglegi, Patuk Gunungkidul ke Won.dis Cokelat di Rt. 031/Rw 015, Salakmalang, Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, DIY padsa 25 September 2022.
Kehadiran tim PPK Ormawa saat itu disambut oleh Dwi Martuti Rahayu selaku ketua KWT Pawon Gendis sekaligus owner dari Kedai Cokelat Won.dis.
Dalam kesempatan itu, Dwi Martuti mengatakan Won.dis Cokelat merupakan salah satu Unit Usaha dari KWT Pawon Gendis yang memproduksi olahan pangan lokal yaitu kakao.
Edukasi mengenai kako itu menurut Dwi, bisa menyangkut masalah cara mengkonsumsinya, yang diaplikasikan ke produk-produk olahan cokelat serta kedai cokelat dengan menu-menu seperti minuman, kudapan, camilan, yang semuanya berbahan dasar cokelat.
Sedangkan untuk kelompok petani porang diharapakan bisa meniru dari Won.dis cokelat agar ke depannya tanaman porang yang dibudidayakan oleh Kelompok P3N Nglegi bisa memproduksi ubi menjadi beberapa olahan produk agar ubi porang hasil budidaya tidak hanya dijual dalam bentuk chip. Suhamdani