Beranda Daerah Boyolali Dampak Kematian Ikan Keramba WKO, Disnakan Boyolali Ajukan Kajian Daya Dukung Waduk...

Dampak Kematian Ikan Keramba WKO, Disnakan Boyolali Ajukan Kajian Daya Dukung Waduk ke KKP

Ratusan ton ikan di keramba waduk Kedungombo mati. Waskita

BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kewaspadaan terus dilakukan Pemkab Boyolali pasca terjadinya fenomena upwelling di Waduk Kedungombo yang berujung pada kematian ratusan ton ikan. Pasalnya, fenomena upwelling berupa pergerakan air dari bawah ke permukaan akibat cuaca buruk hanya salah satu pemicu.

“Kematian ikan hingga ratusan ton juga dipicu adanya endapan sisa pakan dan kotoran yang menumpuk. Ditambah dengan kepadatan jumlah keramba juga turut menjadi pemicu kematian ikan di WKO,” kata Kepala Dinas Perternakan dan Perikanan (Disnakan) Lusia Dyah Suciati.

Ditemui wartawan di kantornya, Jumat (6/1/2023). Dia mengungkapkan, fenomena upwelling pada akhir Desember dan awal Januari ini diluar siklus. Karena biasanya, upwelling terjadi pada Juni-September saat pergantian musim.

“Sehingga petani karamba jaring apung (KJA) menilai sudah aman. Padahal saat itu, stok ikan siap panen melimpah karena akan dipanen saat tahun baru. Ternyata malah gagal panen karena dampak upwelling ”, katanya.

Ditambahkan, jumlah keramba jaring apung (KJA), saat ini ada sekitar 750 KJA di WKO di Boyolali yang terpusat di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu. Karena kedalaman waduk mendukung, KJA menggunakan sistem dua jaring alias tumpang sari.

Baca Juga :  Heboh Masalah Susu di Boyolali, Giliran Komisi IV DPR RI Kunjungi KUD Mojosongo, Boyolali, Ini yang Dilakukan

“Jaring paling dalam diisi ikan nila. Sedangkan jaring diatasnya diisi ikan mas.”

Menilik jumlah karamba dan ikan, otomatis jumlah pakan yang ditabur bisa mencapai berton-ton setiap harinya. Sisa pakan pun masuk ke dasar perairan. Saat upwelling, sisa pakan ikut naik membawa serta gas amoniak yang memicu kematian ikan.

“Ikan jadi kekurangan oksigen sehingga terjadi kematian.”

Untuk itu, pihaknya telah mengirimkan surat ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan Pemprov Jateng. Juga mengirimkan surat permohonan ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juwana guna pengkajian daya dukung waduk.

“Kita minta dilakukan kajian daya dukung waduk, apakah KJA yang di sana itu sudah melebihi kemampuan. Baik di WKO maupun Waduk Cengklik.”

Kabid Perikanan Disnakan Boyolali, Nurul Nugroho menambahkan, selain di WKO, pihaknya juga melakukan pemeriksaan kadar air di Waduk Cengklik. Lantaran siklus upwelling ini juga menimpa peraian waduk dengan pertanian KJA.

Baca Juga :  Sesepuh PDIP Boyolali Tanggapi Santai Hasil Lembaga Survei Proximity

“Pada 2020 lalu, Waduk Cengklik pernah dilanda upwelling dengan jumlah kematian ikan mencapai 30 ton. Karena hasilnya juga di bawah normal, jadi kami antisipasi juga.”

Pasalnya, jika cuaca buruk, kemungkinan besar juga terjadi upwelling. Untuk KJA di Cengklik, jumlahnya dinilai sudah terlampau banyak, sekitar seribu petak. “Itu sebenarnya sangat melebihi, karena itu kami mengajukan surat ke BBWS supaya dilakukan kajian, berapa daya dukung waduk untuk KJA.” Waskita