JOGLOSEMARNEWS.COM Edukasi Pendidikan

Mendidik Anak dengan Pola Gentle Parenting, Apa Maksudnya?

Ilustrasi pendidikan anak di tengah keluarga / tempo.co
ย ย ย 

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM โ€“ Pada zaman dulu, pendidikan yang bersifat otoriter, boleh jadi masih dapat diterima dan terbukti mampu menghasilkan orang-orang yang cerdas dan bersisiplin tinggi.

Namun untuk masa sekarang ketika demokrasi sudah berkembang, pola pendidikan yang bersifat otoriter dinilai kurang pas.

Pola yang cenderung dianggap selaras adalah gentle parenting, yakni pola asuh anak yang damai dan positif.

Pola ini berbeda dengan cara generasi orang tua sebelumnya membesarkan anak yang dianggap cukup keras dan cenderung otoriter.

Meskipun begitu, jika orang tua dihadapkan dengan pertanyaan metode parenting apa yang paling baik untuk mereka dan anak mereka, tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan tersebut.

Melansir Parents, secara sadar atau tidak, orang tua kerap menggabungkan beberapa gaya parenting yang berbeda secara simultan sembari menemukan gaya yang cocok untuk keluarganya.

Meskipun begitu, tak ada salahnya untuk mencari tahu beberapa gaya parenting.

Terdapat beberapa gaya asuh anak dengan beragam pro kontranya, gentle parenting salah satunya. Menurut Healthline, gentle parenting adalah tentang mengenali anak sebagai individu dan menanggapi kebutuhan mereka.

Baca Juga :  Siswa Siswi Kelas 4 SDIT Nur Hidayah Surakarta Ikuti Halal Bi Halal dan Sungkeman

ย 

Apa Itu Gentle Parenting?

Sarah Ockwell-Smith adalah penulis buku โ€œThe Gentle Parenting Bookโ€ yang memberikan nama pada pola asuh ini.

Sarah meyakini bahwa pola asuh yang lembut membantu membangun hubungan dengan anak yang didasarkan pada kemauan dan pilihan mereka, bukan pada harapan dan aturan orang tua.

Dilansir dari Healthline, gentle parenting dibangun atas dasar untuk memahami anak, berempati dengan mereka, menunjukkan rasa hormat kepada mereka, dan menetapkan batasan atau memberikan personal space.

Gaya lama mengasuh anak dengan authoritarian parenting mengutamakan kontrol dan hukuman orang tua sebagai metodenya.

Anak diekspektasikan untuk dapat berperilaku sesuai dengan norma sosial agar dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Jika mereka tidak sesuai dengan harapan orang tua, mereka akan dipaksa untuk menyesuaikan dan dihukum.

Pondasi utama dari gentle parenting adalah 3Cs (connection, communication, consistency) atau hubungan, komunikasi, dan konsistensi. Orang tua yang menggunakan gaya ini akan memberi saran untuk menambah kesabaran dalam menerapkan 3Cs.

Baca Juga :  DKV ISI Surakarta Gelar Rakor Bahas Sebaran Mata Kuliah Tahun Ajaran 2024/2025

 

Manfaat Gentle Parenting

Pola asuh ini merupakan pendekatan parenting baru yang belum memiliki banyak penelitian yang mendukung. Namun, penelitian Robert Winston dan Rebecca Schicot menunjukkah bahwa ikatan positif antara orang tua dan anak dapat membuat anak bertumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia, mandiri, dan tangguh.

 

Berinteraksi dengan anak secara lembut dan damai, dikutip dari Healthline, membangun jutaan koneksi saraf di otak mereka.

Interaksi positif yang berulang antara orang tua dan anak membentuk jalur saraf yang menjadi pondasi dasar konsep hubungan, pembelajaran, dan logika.

Meski manfaatnya sangat baik, hambatan terbesar dalam menerapkan pola asuh ini ada pada konsistensi. Orang tua perlu untuk disiplin terhadpa diri sendiri karena ketimbang reaktif terhadap kelakukan anak, orang tua harus proaktif.

Dibutuhkan pengambilan keputusan yang penuh pertimbangan. Di samping itu, penelitian menunjukkan bahwa mencontoh adalah mekanisme pembelajaran penting bagi anak. Karena itu, orang tua perlu menjadi panutan dalam menunjukkan empati, rasa hormat, komunikasi yang baik, dan pengertian.

www.tempo.co

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com