![IMG-20230102-WA0056](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2023/01/IMG-20230102-WA0056.jpg?resize=640%2C360&ssl=1)
SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pembangunan Pasar Sukowati akhirnya kelar sudah. Sempat melalui proses perpanjangan hingga penalti, pasar baru yang menaungi pedagang di tiga pasar yakni Joko Tingkir, Nglangon dan Kios Renteng itu akhirnya berhasil diresmikan.
Menelan anggaran Rp 37 miliar, pasar tradisional berkonsep modern itu kini sudah berdiri megah. Ornamen merah mendominasi dengan gading-gading megah menyambut di setiap pintu masuk.
Kelarnya pembangunan pasar itu pun langsung disambut gembira jajaran Pemkab. Tak terkecuali, anggota DPRD Provinsi Jateng, Untung Wibowo Sukowati.
Pria yang akrab disapa Mas Bowo itu turut menjadi saksi peresmian pasar baru yang akan menampung hampir 900 pedagang tersebut, Selasa (3/1/2023).
Ia mengapresiasi ikhtiar Pemkab yang beritikad membangun pasar terpadu dengan menyatukan tiga lokasi pasar itu.
“Ini tentu nggak mudah, kita harus menghargai ikhtiar Pemkab Sragen. Merevitalisasi Pasar tidaklah mudah, apalagi di tengah pandemi bisa merevitalisasi 3 pasar besar sekaligus. Sesuatu yang harus diapresiasi,” paparnya kepada JOGLOSEMARNEWS.COM .
Mas Bowo, sapaan akrabnya, menyampaikan Provinsi pun tentu tak tinggal diam. Semangat besar Pemkab Sragen melakukan revitalisasi dan pengembangan pasar itu tetap akan disupport.
Terutama mana-mana yang masih perlu perbaikan dan pembenahan. Nantinya sebisa mungkin akan dibantu diupayakan untuk bantuan anggaran.
![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2023/01/IMG-20230103-WA0005.jpg?resize=500%2C281&ssl=1)
Ia juga bersyukur kehadiran Pasar Sukowati itu. Selain memberi alternatif belanja yang komplit bagi masyarakat, kondisi pasar yang representatif diharapkan bisa menggeliatkan perekonomian pedagang.
Sehingga pasar itu bisa menjadi sentra ekonomi baru di Kota Sragen bagian Utara.
Lebih dari itu, kehadiran pasar itu diharapkan bisa mengikis sekaligus menghapus stigma-stigma negatif yang selama hampir puluhan tahun melekat di Pasar Nglangon maupun Joko Tingkir.
“Semoga ini awal yang baik. Menjadi wisata belanja tradisional yang bernuansa modern. Nyaman bagi pengunjung, bisa ramai dan menjadi pusat perekonomian baru di Sragen,” urainya.
Hanya saja ia berpesan, PR ke depan adalah bagaimana penataan dan relokasi pedagang bisa berjalan smooth.
Karenanya dukungan pedagang, pengelola, stakeholder, dinas dan paguyuban harus seirama untuk sama-sama menata pasar dengan baik tanpa harus ada yang dirugikan.
“Nggak mungkin kalau hanya satu sisi semua, stakeholder harus juga ikut, dalam hal ini pasar ada nilai plusnya dan model seperti ini jadi nyata. Harapannya tentu semua merasakan akses yang sama. Semoga Pasar ini membawa keberkahan, kemanfaatan dan perekonomian Sragen makin meningkat,” jelasnya. Wardoyo