SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemkab Sragen mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi daging sapi berpenyakit Lumpy Skin Disease (LSD).
Meski tidak berbahaya bagi manusia, untuk menghindari hal tak diinginkan pemerintah meminta agar masyarakat tidak mengkonsumsi daging sapi yang masih sakit.
Pesan itu disampaikan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat memberikan arahan kepada Forkopicam, Kepala Desa/Lurah, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas dan Perwakilan peternak sapi di eks Kawedanan Sragen, Tangen dan Sambungmacan, Jumat (3/2/2023).
Kendati tak menular ke manusia, namun daging ternak yang terinfeksi LSD menurutnya tidak layak dan tidak diperkenankan untuk dikonsumsi oleh manusia.
Sebab, daging sapi atau ternak lain yang dikonsumsi oleh manusia harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan dan tidak boleh mengandung penyakit apapun.
“Walaupun tidak menular ke manusia, tapi daging ternak yang terinfeksi LSD tidak layak dikonsumsi karena mengalami kekurangan nutrisi protein. Daging tersebut mengalami lack of nutrient protein asam amino,” jelas Bupati Yuni yang berlatarbelakang sebagai dokter itu.
Jaga Kebersihan Kandang
Karena tak layak konsumsi, Bupati Yuni menyarankan ternak yang terinfeksi LSD harus segera diisolasi dulu dari ternak-ternak lain yang masih sehat.
Selain itu jika ingin memotong (menyembelih) daging sapi yang terjangkit LSD, ia meminta untuk menunggu sampai betul – betul sehat.
“Sapi atau kerbau yang tertular LSD dan kemudian telah sembuh, produknya seperti daging masih dapat dikonsumsi setelah dihilangkan bagian-bagian yang terdampaknya,” lanjutnya.
Bupati menekankan agar para peternak khususnya sapi dan kerbau untuk terus menjaga kebersihan kandang.
“Jangan khawatir, meski persebarannya di antara ternak satu dengan yang lainnya cukup cepat. Yang paling penting adalah tetep jaga kebersihan kandang,” kata Bupati.
Sementara upaya dari Pemerintah Kabupaten Sragen untuk mengurangi kasus LSD, Bupati telah menginstruksikan Dinas terkait untuk segera membeli obat-obatan LSD agar bisa secepatnya diberikan ke sapi yang sakit.
Umumnya butuh 4-5 kali pengobatan agar sapi sembuh. Sementara biaya sekali pengobatan mencapai Rp 150.000.
“Kami memberi subsidi kepada peternak untuk dua kali pengobatan senilai Rp 300.000 per sapi yang terkena LSD. Selebihnya ditanggung peternak sendiri. Tidak harus lima kali pengobatan. Kalau 2-3 kali pengobatan sudah sembuh ya sudah,” ujarnya.
9 Ekor Sapi Mati
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, mengatakan Sragen memang akan mendapatkan bantuan obat-obatan untuk penanganan LSD.
Tidak semua jenis obat diberikan, tetapi hanya antihistamin, antibiotik, dan vitamin. Sedangkan antiparasit masih menunggu dari Kementan.
Berdasarkan data dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Sragen per tanggal 3 Februari 2023 total kasus 822 ekor sapi yang terkonfirmasi LSD.
Rinciannya, kasus aktif sebanyak 798 ekor, penambahan kasus dalam satu hari sebanyak 1 ekor, sembuh 15 ekor, dan mati sebanyak 9 ekor (dipotong 3 ekor, mati 6 ekor). Wardoyo