Beranda Daerah Solo LPS Ajak Masyarakat Pahami Risiko Ancaman Cyber dalam Digitalisasi Perbankan

LPS Ajak Masyarakat Pahami Risiko Ancaman Cyber dalam Digitalisasi Perbankan

Anggota Dewan Komisioner Lembaga Pinjaman Simpanan (LPS) Jateng, Didik Madiyono saat menjadi keynote speech pada ajang Jateng Digital Conference (JDC) 2023 oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Tengah, Rabu (1/3/2023) / Foto: Suhamdani

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM Arus digitalisasi pada semua lini di era sekarang ini sudah menjadi sebuah keniscayaan yang tak dapat ditolak, termasuk di bidang perbankan atau keuangan.

Di satu sisi, digitalisasi menawarkan kecepatan, keefektifan dan kemudahan, namun di sisi lain masyarakat perlu menyadari adanya risiko dari tren digitalisasi tersebut.

Demikian diungkapkan oleh anggota Dewan Komisioner Lembaga Pinjaman Simpanan (LPS) Jateng, Didik Madiyono saat menjadi keynote speech pada ajang Jateng Digital Conference (JDC) 2023 oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Tengah, Rabu (1/3/2023).

“Seperti risiko serangan cyber, kebocoran data sensitif serta bentuk-bentuk risiko operasional lainnya yang terkait dengan sistem informasi dan teknologi, ini perlu disadari,” paparnya.

Ancaman risiko tersebut, menurut Didik Madiyono riil terjadi. Ia menyebut, berdasar data BSSN ada 976 juta kali serangan cyber yang pernah terjadi dalam transaksi keuangan.

“Sebenarnya angka ini menurun dari tahun sebelumnya sebesar 1,6 miliar kali serangan cyber sepanjang tahun,” jelasnya.

Baca Juga :  Uhud Tour Buka Cabang di Solo, Ustadz Khalid Basalamah: Siap Hadirkan Layanan Terbaik untuk Jemaah Umrah dan Haji

Didik mengatakan, industri keuangan secara global memang merupakan salah satu asaran utama serangan cyber. Persentasenya bahkan lebih besar dibandingkan dengan sektor maupun industri lain.

“Sebagaimana kita ketahui bahwa selama pandemi Covid 2019, industri keuangan menjadi salah satu sektor yang aktif menerapkan Work From Home (WFH). Bahkan beberapa perusahaan menjadikan WFH sebagai kebijakan permanen meskipun pandemi sudah mulai mereda,” kata Didik.

Didik menegaskan bahwa peningkatan pengguna internet mendorong meningkatkan transaksi cashless dan kepemilikan akun pada perbankan digital.

Ia memaparkan, berdasarkan data dari GWI via Hootsuite tahun 2023, pengguna internet  telah mencapai 204,7 juta jiwa (73,7 persen) dari total populasi per Januari 2023. Selain itu pengguna internet yang memiliki mobile phone di Indonesia mencapai 99,5 persen.

“Adapun persentase pengguna internet lainnya seperti laptop, tablet, smartwatch masing-masing 14,1 persen, 61,7 persen, dan 99,4 persen, secara rata-rata masyarakat Indonesia usia 16-64 tahun menghabiskan waktu 7 jam 42 menit,” tambahnya.

Baca Juga :  Jokowi Bakal Hadiri HUT Gerindra ke-17, Akan Ketemu Banyak Tokoh, Apa Termasuk Megawati?

Menyadari kemungkinan risiko di balik kemudahan yang ditawarkan, ia meminta masyarakat waspada dengan keunggulan bank digital pada masa sekarang. Penting bagi masyarakat untuk mengetahui risiko perkembangan digitalisasi.

“Dengan perkembangan digitalisasi ini, masyarakat perlu mengetahui risiko-risiko yang dapat terjadi. LPS dengan amanat undang-undang akan menjamin simpanan nasabah dalam bank digital tersebut,” tandasnya. Suhamdani