BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Memasuki pertengahan bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa, harga bunga mawar melonjak tajam. Bahkan, harga ditingkat petani sudah mencapai Rp 200 ribu per takar atau keranjang.
“Tadi pagi, harganya Rp 200 ribu per takar. Padahal, tahun lalu, harganya paling hanya Rp 100 ribu – Rp 150 ribu per takar,” kata Bejo, salah satu pedagang bunga mawar, di pasar kembang Dukuh Magersari, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali pada Rabu (8/3/2023).
Dijelaskan, kenaikan harga seiring mulai ramainya warga di berbagai daerah mulai menggelar tradisi sadranan dan ziarah kubur. Sehingga kebutuhan bunga mawar untuk ziarah kubur pun meningkat.
Di Desa Sruni ada dua pasar kembang atau bunga mawar, yakni di Dukuh Magersari yang berlangsung pagi hari dan pasar Gempur, pada sore hari. Bunga mawar dari wilayah ini dijual para pedagang ke wilayah Solo Raya dan DIY.
“Harga bunga mawar ini tidak menentu atau fluktuatif. Setiap hari bisa berubah-ubah. Bahkan harga pagi hari dan sore hari bisa berbeda. Tergantung mekanisme pasar,” lanjutnya.
Namun, lanjut dia, mahalnya bunga mawar saat ini dipengaruhi minimnya pasokan bunga mawar dari para petani. Pasalnya, banyak petani gagal panen karena tanaman bunganya rusak. Kuncup bunga membusuk dan rontok sebelum mekar karena tingginya curah hujan.
Senada, Slamet, warga Desa Sruni, mengatakan saat ini banyak bunga mawar yang rusak. Sehingga hasil panen tidak maksimal. Dampaknya, harga bunga mawar melonjak tajam. Biasanya, harga bunga mawar semakin naik tanggal 20 Ruwah hingga awal bulan Ramadhan.
“Tapi saat ini harga di tingkat petani sudah tinggi karena pasokan merosot tajam,” katanya.
Adapun sentra penghasil bunga mawar tersebar disejumlah desa di Kecamatan Kecamatan Musuk dan Tamansari, Kabupaten Boyolali. Antara lain Desa Cluntang, Sruni, Kembangsari, Ringinlarik di Kecamatan Musuk.
“Juga Desa Mriyan, Lanjaran di Kecamatan Tamansari.” Waskita