BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM — Ada tradisi unik yang dilestarikan warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Ya, warga menggelar bakda sapi yang digelar pada Sabtu (29/4/2023). Acara berlangsung meriah, warga memadati sepanjang jalan yang dilalui arak- arakan sapi.
Tradisi itu digelar seminggu setelah Lebaran dan dibuka langsung oleh Sekda Boyolali. Masruri. Sesuai namanya, maka bakda sapi diperuntukkan bagi ternak warga seperti sapi dan kambing.
Pada pagi hari, seluruh ternak sapi dimandikan dan diberi makan ketupat. Setelah itu, ternak dibawa berkeliling dukuh atau istilah warga ‘dijalak- jalake’.
Sebelumnya, warga menggelar kenduri ketupat di jalan dukuh. Tiap warga membawa tenong berisi ketupat berserta lauknya untuk ditata di atas tikar yang sudah disediakan. Ada sate, opor ayam hingg sambal goreng.
Setelah rangkaian do’a, warga lantas makan bersama. Tak hanya warga setempat, namun para pengunjung dari luar daerah pun diajak makan bersama. Bahkan warga semakin senang jika makanan yang dibawanya habis dimakan di tempat. Mereka memiliki keyakinan, semakin banyak makanan dimakan bersama, maka akan memudahkan mencari rezeki.
Acara kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Diawali dengan topeng ireng yang difasilitasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali. Lalu disusul gunungan hasil bumi dan di belakangnya, arak- arakan sapi milik warga.
Tahun ini, kegiatan mengambil start di dua tempat. Bagi warga Dukuh Sruni, start arak- arakan sapi dilakukan di depan SMPN 2 Musuk. Dan kemudian ternak diarak di jalan dukuh kea rah atas.
Sebaliknya, warga Dukuh Mlambong mengarak ternaknya di jalan ke arah bawah. Sebagian besar ternak digiring oleh pemiliknya.
Tak hanya pria saja, bahkan wanita dan anak- anakpun ikut menggiring sapi dengan memegang tali pengikat sapi. Ada pula sapi yang ditunggangi pemiliknya, utamanya sapi yang berukuran besar atau jumbo.
Jaman, Ketua RW IV Desa Sruni sekaligus tokoh masyarakat setempat mengungkapkan, kegiatan bakda sapi sebagai ungkapan syukur atas ternak yang dipelihara. Tradisi ini berlangsung turun-temurun sejak lama.
“Secara filosofi tradisi ini untuk mempererat persatuan dan kesatuan masyarakat,” katanya.
Lalu dilanjutkan dengan arak-arakan sapi. Imbasnya, sapi saling bertemu. Yang awalnya belum bunting lalu timbul birahi dan bisa segera dikawinkan sehingga bunting. Lalu juga mitos yang dipercaya warga bahwa hasil pertanian melimpah.
“Ada ratusan sapi dipelihara warga. Ada yang diperah susunya dan ada pula yang khusus penggemukan. Kotoran ternak juga dimanfaatkan untuk pupuk penyubur tanaman.”
Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto mengapresiasi kegiatan tersebut. Diharapkan, kegiatan tersebut dapat terus dilestarikan. “Kami mengapresiasi acara ini. Ini sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap ternak miliknya yang telah ikut menopang rezeki keluarga.”
Salah satu peserta bakda sapi, Bahrun (29) mengaku senang bisa ikut tradisi bakda sapi. Dia juga membawa sapinya ikut arak- arakan. Sebelumnya, sapi dimandikan diberi makan ketupat.
“Ketupat dikalungkan dileher sapi agar kelihatan cantik. Ketupat juga simbol kalepatan (Kesalahan,red). Agar masyarakat saling memaafkan. Acara ini juga menjadi ungkapan rasa syukur kami kepada Tuhan atas limpahan rezeki dari ternak dan hasil ladang,” ujarnya.
Kegembiraan juga diungkapkan Ahmad (35) pengunjung asal Klaten yang daytang bersama keluarganya. Dia juga ikut menikmati menu kupat dan opor usai kenduri. Bahkan, terlihat pula dia beberapa kali memotret jalannya tradisi tersebut dengan ponselnya.
“Acaranya bagus banget dan sangat unik. Kalau acara ini dikemas lebih bagus maka bisa menjadi atraksi wisata budaya yang sangat menarik,” katanya. Waskita